Hari itu, Paris menyambut musim dingin dengan hangat matahari pagi yang malu-malu menembus jendela kaca pesawat kelas bisnis. Dari balik jendela, Nadine melihat hamparan kota Paris yang perlahan mendekat. Sungai Seine berkilauan, jalan-jalan kecil seperti garis-garis tak beraturan yang indah dari atas langit. Jantung Nadine berdebar cepat. Ia sudah sering bepergian ke luar negeri, namun kali ini berbeda. Kali ini ia menuju seseorang, bukan sekadar tempat. Kali ini, Zayn yang menjadi tujuannya. “Welcome to Paris, Madame,” sapa pramugari dengan senyum ramah ketika Nadine keluar dari pesawat. Udara dingin menerpa wajahnya saat ia melangkah keluar dari terminal Charles de Gaulle. Suhu menunjukkan lima derajat, tapi Nadine merasa jantungnya jauh lebih hangat dari sebelumnya. Ia mengenakan