Segumpal Was-Was

817 Kata

Restoran di lantai tertinggi hotel itu didesain dengan konsep semi-private dining. Lampu gantung kristal menggantung rendah, memantulkan cahaya hangat ke atas meja-meja marmer gelap yang hanya berisi dua kursi. Dari jendela kaca besar, kelap-kelip lampu kota Surabaya terlihat seperti gugusan bintang yang turun ke bumi. Zayn duduk di kursi VIP yang telah disiapkan. Ia masih mengenakan setelan formal tanpa dasi. Tangan kirinya menggulir notifikasi email di ponsel, tapi pikirannya tidak sepenuhnya ada di sana. Ketika Anggit datang, mengenakan gaun kerja biru tua dengan blazer tipis yang dilepas begitu duduk, Zayn menatapnya sekilas. “Terima kasih sudah mengatur semuanya hingga hari ini,” ucap Zayn tanpa ekspresi khusus. Anggit tersenyum lembut. “Sama-sama, Pak. Saya hanya memastikan semua

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN