Malam itu, di ruang tengah penthouse yang temaram, Nadine sedang menyisir rambut Nayla yang baru selesai mandi. Bau bedak bayi dan minyak telon masih menggantung di udara, menciptakan kehangatan yang akrab. Zayn duduk di ujung sofa, tablet di pangkuannya, wajahnya tampak ragu sebelum akhirnya ia membuka suara, pelan. “Besok pagi aku harus ke Surabaya,” ucapnya, menatap Nadine dengan hati-hati. “Forum bisnis tahunan. Aku enggak bisa wakilin ke siapa pun. Wajib hadir.” Nadine berhenti menyisir. Tangannya terhenti di atas kepala Nayla. “Berapa hari?” “Dua malam, paling lama tiga hari. Aku pulang lusa sore kalau semuanya lancar.” “Sendirian?” tanyanya, suara Nadine datar namun tak bisa menyembunyikan nuansa waspada. Zayn menarik napas. “Enggak. Anggit ikut sebagai sekretaris.” Kata-kata