Terancam Oleh Diri Sendiri

1341 Kata

Nadine sedang menyusui Nayla di ruang tengah, rambutnya dicepol asal, daster linen biru pucat melekat di tubuh yang mulai lelah. Sore di Jakarta merayap pelan, menyelinap lewat celah-celah jendela kaca penthouse. Langit kelabu, menyimpan hujan yang tak jadi turun. Pintu depan berbunyi. Nadine tak sempat bangkit, karena suara langkah Zayn sudah lebih dulu terdengar dari arah lorong. “Anggit?” suara Zayn terdengar dari arah pintu. Suara pria itu tak terlalu keras—tapi cukup hangat. Terlalu hangat. Nadine memutar kepala. Di sana, berdiri Anggit. Rapi seperti biasa, dengan coat krem tipis dan tangan kanan menggenggam map hitam. Senyumannya manis. Matanya tertuju pada Zayn lebih lama dari yang seharusnya. “Maaf, Pak. Saya tahu ini bukan jam kantor. Tapi dokumen Sterling Group tadi urgent—

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN