Pagi itu, di salah satu lounge kantor Horizon Consulting yang biasa dipakai untuk tamu VIP, Nadine duduk berhadapan dengan Rina—mantan sekretaris Zayn yang kini tampak lebih santai dengan kemeja putih dan celana kulot krem. Rambutnya diikat ke belakang, dan senyum hangatnya masih sama seperti saat bekerja dulu. “Maaf ya Bu, saya baru sempat bertemu Ibu. Kemarin saya terlalu sibuk packing,” kata Rina sambil menyodorkan satu kotak kecil kepada Nadine. “Ini saya titip buat Nayla. Baju rajut tangan buatan mama saya.” Nadine tersenyum. “Aduh, terima kasih banyak, Rina. Nayla pasti kelihatan gemas pakai ini.” Setelah beberapa percakapan ringan, Rina mendesah pelan. “Saya tahu Bapak akan kehilangan ritmenya tanpa saya, jadi saya carikan pengganti yang sepadan. Namanya Anggit. Dia cepat tanggap