Rayyan masih terjaga sepenuhnya dengan siku yang menumpu bantal dan tangan yang menyangga kepala. Tatapannya begitu penuh kasih pada Rayya yang sudah terlelap sepenuhnya. Hanya lampu tidur di atas nakas yang masih menyala dan membuat suasana kamar lebih syahdu dalam cahaya temaram. Tangan Rayyan terulur untuk mengusap lembut perut sang istri yang mulai membuncit, seolah menenangkan sang buah hati di dalam sana supaya tidak ikut gelisah. Padahal belum tentu buah hatinya gelisah, yang sudah pasti gelisah adalah dirinya, dan raut wajahnya tidak bisa berbohong. Perlahan dia melihat Rayya menggeliat resah dalam tidurnya. Keningnya mengerut seperti menahan rasa sakit dan tidak nyaman. Rayyan ikut menahan napasnya dan mengusap-usap pinggang Rayya, berharap usapannya bisa meredakan ras