Air mata Rayyan semakin jatuh tak tertahan, dia menatap dengan rasa yang membuncah pada Rayya yang menatap begitu lekat ke arahnya meski belum ada kata yang terucap dari bibirnya. “Sayang … Kamu bisa mendengar Abang, kan? Jika sulit untuk bicara …. tolong kedipkan mata … Atau beri tanda apa pun itu, untuk menampar Abang jika semua ini adalah nyata. Kamu yang menatap Abang dengan mata indah itu benar-benar nyata. Tolong.” Rayyan tergugu lagi, dan saat itulah Rayya mengedipkan matanya satu kali, dan saat dia kembali membuka mata, air matanya justru ikut jatuh. Rayyan tersenyum dengan d**a yang bergemuruh, dia mengecup kening Rayya dan terus menggumamkan terima kasih. Perawat dan dokter masuk tergesa begitu mendengar alarm monitor berubah pola. Dokter langsung memeriksa pupil, refleks