“Semua sudah siap, Dev?” Tanya Rayyan dengan hati yang merasa berat entah karena apa. “Siap, Pak! Bisa kita eksekusi sekarang. Taksinya sudah menunggu di lobi sesuai rencana, sebagai pengecoh utama.” “Bagaimana dengan private jet-nya?” “Aman, Pak. Bukan milik Alastair, kami menggunakan jasa charter pesawat dan saya menggunakan nama seseorang yang tidak berhubungan dengan kita.” Rayyan mengangguk paham, tatapannya terus tertuju pada pintu kamar Rayya di mana wanita itu masih bersiap untuk kepergiannya malam ini. Apakah wanita itu yang membuat hatinya berat karena mereka akan kembali terpisah? 'Memikirkan apa, si, kamu, Rayyan? Kamu benar-benar sinting jika merasa berat karena ditinggal Rayya!' Batinnya mengumpat dengan nada penuh peringatan atas perasaan konyol yang lagi-lagi mampi