Rayyan mengusap wajahnya kasar, menghela napasnya panjang dengan leher yang rasanya tercekik saat menatap pada tumpukan berkas di atas mejanya. Tumpukan dokumen kontrak joint venture dengan perusahaan logistik raksasa asal Shenzhen terlihat berantakan di mejanya. Layar laptopnya masih menampilkan draft presentasi yang akan ia bawa pada meeting siang ini setelah lunch. Dia sedang berpacu dengan waktu untuk menyelesaikan draft presentasi itu secepatnya, ada yang sedang dia kejar selain meeting, yaitu pulang untuk sekedar makan siang di rumah juga melepas rindu pada sang istri. -Ra? Abang pulang sebentar lagi, ya. Lima belas menit lagi otw dari kantor. See you, sayangku. Miss you so bad, sayang.- Dia mengulum senyum begitu mengirim pesan pada Rayya. Sungguh, Rayyan juga tidak memaham