“Mika” Panggil Celine lembut ketika masuk ke dalam Mikaila dengan semangkuk bubur di tangannya. Wanita paruh baya itu lalu berjalan mendekat ke tempat tidur Mikaila, di mana wanita itu tengah berbaring dengan tatapan kosong menatap tembok yang sama sekali tak memiliki arti. Celine lalu duduk di tepi tempat tidur dan mulai mengusap rambut Mikaila menggunakan tangannya yang bebas. “Sayang, makan dulu, ya” Bujuk Celine. “Kamu belum makan sejak tadi pagi. Nanti kamu tambah sakit” Bujuknya lagi. Namun, hal itu tetap sia-sia karena Mikaila sama sekali tidak membuka mulutnya sejak wanita itu bangun dan menangis meraung-raung di pelukan sang Ibu tadi pagi. Saat ini, keadaan Mikaila tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Wajahnya terlihat sangat pucat, matanya sembab karena terus menangis, rambut