Brak... Conradinez membanting pintu kamarnya dengan keras untuk melampiaskan kekesalannya setelah melihat Mikaila pulang dengan pria lain. Posisi yang harusnya menjadi tempatnya. “Pria murahan” Maki Conradinez seraya melempar tas kerjanya di sofa lalu melepaskan dasi yang terasa mencekik lehernya kemudian melemparnya ke sembarang arah. “Tapi apa mereka harus pulang bersama?” Tanya Conradinez pada dirinya sendiri. “Teman kantor macam apa yang makan siang dan pulang bersama setiap hari?” Tanyanya lagi. “Andai bukan karena Mikaila, sudah kuhabisi pria itu” Kesalnya. Drt... Drt... Drt... “Siapa lagi ini?” Tanya Conradinez kemudian mengambil ponsel yang berada di saku celananya masih dalam keadaan kesal. Dan kekesalannya itu semakin bertambah saat melihat