“Selamat siang, Bu Mikaila” Sapa Dimas begitu sampai di meja Mikaila membuat wanita itu tersenyum dengan kekonyolan Dimas.
“Anda tidak perlu datang ke sini, Pak. Kita bisa bertemu di basement” Ucap Mikaila seraya membereskan berkas-berkasnya.
“Lebih cepat kalau menjemputmu di sini. Lihat saja, kau masih membereskan berkas-berkasmu” Ujar Dimas. “Oh ya, Pak Alvis sudah pergi makan siang?” Tanyanya.
“Sejak lima menit yang lalu” Jawab Mikaila. “Ayo” Ajaknya seraya berdiri dari duduknya. Mereka berdua pun beranjak dari sana menuju basement di mana mobil Dimas terparkir.
“Tunggu. Apa kau baru saja menangis? Matamu bengkak” Tanya Dimas terlihat khawatir.
“Ah, ini. Semalam saya menangis karena menonton sebuah drama Korea, Pak” Jawab Mikaila berbohong membuat Dimas menghela nafas lega.
“Kupikir ada apa” Ucap Dimas. “Tapi apa kau tidak bisa memberikan pengecualian untukku?” Tanyanya.
“Pengecualian apa, Pak?” Tanya Mikaila.
“Pengecualian untuk tidak berbicara formal kapan pun. Aku masih belum terbiasa dengan itu” Jawab Dimas.
“Maaf. Tapi saya tidak bisa, Pak” Ucap Mikaila.
“Kau memang sangat keras kepala, ya” Ujar Dimas.
“Bukan keras kepala tapi konsisten, Pak” Koreksi Mikaila membuat Dimas terkekeh.
“Baiklah-baiklah, Nona konsisten” Ucap Dimas.
Setelah tiba di basement. Mereka pun masuk ke dalam mobil Dimas lalu pergi ke sebuah warung makan atas rekomendasi Mikaila.
“Kau sering makan di sini?” Tanya Dimas membuat Mikaila terdiam sejenak.
“Dulu” Jawab Mikaila.
“Dulu? Jadi sekarang kau sudah jarang ke sini?” Tanya Dimas.
“Kau mau pesan apa?” Tanya Mikaila seraya melihat menu untuk mengalihkan pembahasan.
“Aku ikut pesananmu saja. Biasanya, orang yang sudah sering datang lebih tahu mana makanan yang enak” Ucap Dimas yang mengerti kalau Mikaila tak ingin membahas pertanyaannya lebih jauh.
“Baiklah” Ujar Mikaila kemudian berdiri dari duduknya lalu pergi memesan makanan. Sementara Dimas hanya tersenyum di tempatnya menatap kepergian Mikaila.
Seusai makan siang, mereka kembali ke perusahaan lalu bekerja seperti biasa.
Tet... Tet...
Mikaila lantas menekan tombol interkom yang berada di sudut mejanya untuk menjawab panggilan Alvis.
“Ada yang bisa saya bantu, Sir?” Tanya Mikaila.
“Datanglah ke ruanganku” Pintah Alvis.
“Baik, Sir” Ucap Mikaila kemudian beranjak dari tempatnya dan masuk ke dalam ruangan Alvis.
“Anda memanggil saya, Sir” Ujar Mikaila setelah berada di dalam ruangan Alvis.
“Kau sudah mengosongkan jadwalku selama satu minggu ke depan, bukan?” Tanya Alvis.
“Sudah, Sir” Jawab Mikaila.
“Tiket pesawatnya?” Tanya Alvis.
“Sudah saya lakukan sesuai perintah Anda, Sir” Jawab Mikaila.
“Bagus” Ucap Alvis. “Oh ya, besok akan ada orang yang datang ke sini untuk menggantikan posisiku sementara. Tapi tugasnya hanya menandatangani dan menyetujui laporan dan lainnya. Untuk jadwal pertemuan dan sejenisnya, tetap ditunda” Jelasnya.
“Baik, Sir” Ucap Mikaila. “Kalau boleh tahu, siapa orang itu, Sir?” Tanyanya.
“Dia putraku. Loki Hoor” Jawab Alvis dengan bangga.
“Baik, Sir” Ucap Mikaila kemudian pamit dari sana untuk kembali mengerjakan pekerjaannya.
Tak lama setelah ia duduk kembali, Dani datang ke mejanya dengan langkah lebar dan menunjukkan seluruh wibawa yang ia punya. Namun tetap saja, di mata Mikaila, pria itu adalah pria yang selalu telat mengumpulkan laporan.
“Ini laporan saya hari ini, Bu Mikaila” Lapor Dani dengan nada tegasnya seraya menyodorkan sebuah map membuat Mikaila bereaksi seakan-akan jijik.
“Kau sangat tidak cocok seperti itu” Ucap Mikaila sembari mengambil map yang Dani sodorkan.
“Hargailah sedikit usahaku untuk mencoba bersikap lebih formal saat di kantor” Ujar Dani.
“Akan kupertimbangkan dengan melihat sikapmu selama dua minggu ke depan” Ucap Mikaila.
“Tidak bisa sekarang saja?” Tanya Dani.
“Tidak” Jawab Mikaila mulai memeriksa laporan Dani membuat pria itu memanyunkan bibirnya.
“Oh ya, kau tahu gosip yang sedang berkembang sekarang?” Tanya Dani dengan sedikit berbisik seraya membungkukkan tubuhnya pada Mikaila.
“Tahu” Jawab Mikaila cuek.
“Lalu?” Tanya Dani.
“Lalu apa?” Tanya Mikaila.
“Apa itu benar? Kau pacaran dengan Pak Dimas?” Tanya Dani.
“Apa kau pernah melihatku seperti itu?” Tanya Mikaila sembari menatap Dani.
“Tidak” Jawab Dani seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Bagus” Ucap Mikaila kemudian kembali memeriksa laporan Dani.
“Jadi kalian tidak benar-benar pacaran?” Tanya Dani.
“Pak Dani, jika Anda ke sin hanya untuk bergosip, lebih baik Anda kembali ke tempat Anda” Pintah Mikaila.
“Bukan bergosip, aku hanya ingin mengkonfirmasi gosip tentangmu belakangan ini” Ucap Dani.
“Dan kau sudah menemukan jawabannya, jadi sekarang pergilah” Usir Mikaila.
“Dasar wanita jahat” Ucap Dani sembari kembali berdiri tegak lalu segera pergi dari sana membuat Mikaila menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sejak Dimas mulai bekerja di sana, sebuah gosip yang menyatakan kalau ia dan Dimas sedang berpacaran memang muncul karena mereka yang dinilai lebih dekat dari karyawan lainnya. Namun Mikaila mengabaikan gosip itu karena semuanya tidaklah benar.
Akan tetapi, sepertinya mereka semua sepenasaran itu hingga mengirim Dani untuk bertanya padanya hari ini. Dan yang membuatnya tak habis pikir adalah bisa-bisanya mereka membuat gosip seperti itu hanya karena ia dan Dimas terlihat dekat. Padahal mereka hanya bersama saat makan siang. Itu pun karena pria itu yang mengajaknya.
Beberapa jam kemudian, akhirnya pekerjaan Mikaila selesai. Ia pun mulai membereskan berkas-berkas di atas mejanya. Dan karena Alvis telah pulang sejak tadi, jadi ia bisa langsung pulang setelah ia membereskan mejanya tanpa harus menunggu pria itu pulang.
“Wah~ Pas sekali” Ucap Dimas saat pintu lift terbuka dan menemukan Mikaila berdiri di depan pintu lift. Ia memang hendak menghampiri wanita itu untuk mengajaknya pulang. “Ayo pulang. Aku akan mengantarmu” Ajaknya.
“Terima kasih ajakannya, Pak. Saya bisa pulang sendiri” Tolak Mikaila setelah berada di dalam lift.
“Sekali saja. Kau tidak akan rugi kalau kuantar pulang” Ucap Dimas.
“Tidak perlu, Pak” Tolak Mikaila.
“Apa ini karena gosip yang beredar?” Tanya Dimas.
“Sama sekali bukan, Pak. Saya tidak pernah menghiraukan gosip tersebut. Saya hanya tidak terbiasa pulang dengan diantar oleh orang lain karena saya sudah terbiasa pulang sendiri” Bantah Mikaila.
“Kalau begitu, mulai sekarang biasakanlah” Ucap Dimas seraya tersenyum membuat Mikaila bingung. Setelahnya, Dimas menekan tombol lantai satu agar lift tersebut langsung menuju basement tanpa singgah di lantai satu.
“Pak” Tegur Mikaila.
“Saya akan mengantar Anda pulang, Bu” Ucap Dimas membuat Mikaila menghela nafas.
“Saya tidak tahu Anda tipe orang yang suka memaksa” Sindir Mikaila.
“Itulah saya” Ucap Dimas bangga.
Jujur saja, Mikaila sedikit tidak nyaman dengan sikap Dimas padanya saat ini. Di mana pria itu terus memaksa untuk mengantarnya pulang. Ingin menolak pun ia tak enak karena Dimas merupakan rekan kerjanya dan mereka pasti akan sering bertemu untuk ke depannya.
Jika ia menolak lebih tegas saat ini, pria itu mungkin saja tersinggung dan suasana di antara mereka pasti akan sedikit canggung nantinya. Maka dari itu, ia memilih untuk membiarkan pria itu kali ini saja.
Di sisi lain, Conradinez kini berada di depan gedung perusahaan Mikaila seraya menggigit kuku ibu jarinya, menunggu wanita itu keluar. Walau ia tak ingin mengganggu wanita itu selama beberapa hari ke depan, tapi ia ingin memastikan Mikaila pulang dengan selamat tanpa lecet sedikit pun. Maka dari itu, ia berniat untuk mengikuti wanita itu sampai di rumahnya.
Akan tetapi, apa yang ia lihat kali ini kembali membuat suasana hatinya rusak. Bagaimana tidak? Ia baru saja melihat Mikaila berada di dalam mobil Dimas yang baru saja keluar dari gedung tersebut. Ia lantas mengepalkan tangannya melihat itu.
‘Tidak. Mikaila tidak mungkin berselingkuh’ Batin Conradinez yang berusaha dengan keras untuk mengusir pikiran negatif itu dari otaknya.
“Pulang” Pintah Conradinez.
“Baik, Pak” Ucap Geri kemudian mulai melajukan mobil tersebut.
Yap, Conradinez memutuskan untuk pulang karena tak mau melihat interaksi kedua orang tersebut yang hanya memancing amarahnya. Lebih baik sekarang ia pulang dan menyiapkan dirinya untuk satu minggu ke depan. Karena bagaimana pun, ia akan memastikan kalau Mikaila kembali menjadi miliknya.
“Oh~ Jadi kau tinggal di daerah ini?” Tanya Dimas saat mereka masuk ke area rumah Mikaila.
“Iya” Jawab Mikaila.
“Aku juga punya teman yang tinggal di daerah ini. Agustin, kau tahu ‘kan? Temanku yang satu perusahaan dengan Conradinez” Ucap Dimas.
“Aku hanya tahu namanya” Ujar Mikaila mengabaikan nama Conradinez.
“Ah, benar. Maaf, aku lupa. Kalau begitu, kapan-kapan aku akan mengenalkanmu padanya” Ucap Dimas.
“Di depan rumah warna biru” Ujar Mikaila seraya menunjuk sebuah rumah. Dimas pun memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah yang Mikaila tunjuk sebagai rumahnya.
“Terima kasih atas tumpangannya” Ucap Mikaila.
“Tidak perlu. Aku senang mengantarmu pulang” Ujar Dimas membuat Mikaila sedikit bingung. “Masuklah” Pintahnya.
Mikaila pun mengangguk kemudian keluar dari mobil Dimas. Menunggu pria itu pergi lalu masuk ke dalam rumahnya. Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang pria yang berada di ruang tamunya.
“Oh, kamu sudah pulang” Ucap pria itu seraya tersenyum hangat pada Mikaila.
-------
Love you guys~