Chapter 12

1123 Kata
“Selamat pagi, Pak” Sapa beberapa karyawan wanita saat melihat Dimas yang barus saja datang pagi ini. “Selamat pagi” Balas Dimas seraya tersenyum hangat pada karyawan-karyawan tersebut yang membuat mereka seketika menahan teriakan histeris mereka. Sementara Dimas hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah para wanita tersebut. “Selamat pagi, Pak” Sapa Dani seraya memberi hormat di kepalanya hingga membuat Dimas terkekeh. Baru beberapa hari di sini, tapi ia sudah merasa seperti bertahun-tahun. Mungkin karena para karyawan di sini yang menyambutnya dengan hangat dan “Pagi, Dani” Balas Dimas kemudian menepuk sebelah pundak Dani. “Semoga hari Anda menyenangkan, Pak” Seru Dani yang lagi-lagi membuat Dimas terkekeh. “Ya, kau juga” Balas Dimas. Namun tiba-tiba ia berhenti tepat di depan ruangannya. “Dani” Panggilnya yang membuat Dani berbalik menghadap Dimas. “Anda perlu bantuan, Pak?” Tanya Dani. “Tidak. Apa hari ini ada laporan yang harus diserahkan pada Pak Alvis?” Tanya Dimas. “Alhamdulillah tidak ada, Pak. Semua laporan sudah saya masukkan kemarin jadi tidak perlu bayar denda lagi” Jawab Dani. “Denda?” Tanya Dimas. “Ah, itu hanya kesepakatan saya dan Mikaila” Jawab Dani seraya terkekeh yang dibalas anggukan oleh Dimas. “Baiklah. Kalau begitu selamat bekerja” Ucap Dimas kemudian masuk ke dalam ruangannya. “Anda juga, Pak” Seru Dani. Setelah tiba di dalam ruangannya, Dimas langsung meletakkan tas kerja di atas meja lalu melepas jas dan melampirkannya di sandaran kursi kemudian duduk di sana. Namun baru saja ia duduk, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia pun mengambil ponsel tersebut di saku celananya. Senyumnya terukir saat melihat nama sang kakak tertera di sana. “Halo” Sapa Dimas. “Halo, Paman” Balas Azahra. “Ada apa, Tuan Putri?” Tanya Dimas pada keponakannya tersebut. “Hari ini Paman pulang jam berapa?” Tanya Azahra. “Jam lima mungkin. Kenapa?” Tanya Dimas kembali. “Zahra dan Nailah mau ke rumah Paman” Jawab Azahra. “Hanya berdua? Bunda dan Ayah tidak ikut?” Tanya Dimas. “Bunda dan Ayah cuma mengantar kami lalu pergi” Jawab Azahra. “Kalau begitu di mana Bunda sekarang? Paman mau bicara” Tanya Dimas. “Bunda bilang, kalau Bunda sedang tidak ada” Jawab Azahra yang membuat Dimas terkekeh dengan kepolosan keponakannya itu. Ia tahu kalau kakaknya sedang berada di sana dan tidak mau berbicara dengannya agar ia mau menjaga Azahra dan Nailah selama kakak dan suaminya pergi tanpa penolakan. Itu adalah salah satu trik dari sang kakak. “Baiklah. Kalau begitu Paman akan mengabari kalian kalau Paman sudah berada di rumah” Ucap Dimas. “Baik, Paman” Ujar Azahra kemudian memutuskan sambungan teleponnya. “Sebenarnya mau berapa kali mereka bulan madu?” Tanya Dimas pada dirinya sendiri. Selama beberapa saat, ia terdiam di tempatnya seraya memikirkan sesuatu. Kemudian, ia pun mulai membuka aplikasi pesan lalu mengirim pesan pada Mikaila. *** To : Mikaila Hari ini mau makan siang bersama? *** Dimas lantas menggoyang-goyangkan kakinya sembari menunggu balasan dari Mikaila. Pandangannya bahkan tak beralih dari ponselnya. Hingga tak lama kemudian, Mikaila akhirnya membalas pesannya. ***                      From : Mikaila Tentu               ***                   ***                  To : Mikaila        Baiklah                   ***                             Dengan senyum yang masih merekah, Dimas menyimpan ponselnya di atas meja kemudian mulai mengerjakan pekerjaannya. Ia ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa segera bertemu dengan Mikaila. Wanita yang berhasil membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. -------                         “Ini daftar karyawan magang yang baru, Pak” Ucap Vila seraya memberikan sebuah map pada Conradinez yang berisi data-data para karyawan magang baru tersebut. Setelah menerima map itu, Conradinez lantas segera membuka dan memeriksa satu per satu data para karyawan baru yang berjumlah sembilan orang tersebut. Ia lantas mengangguk-anggukkan kepalanya saat melihat semuanya memiliki kualifikasi yang sangat bagus. Namun kualifikasi bagus belum tentu memberikan kualitas yang bagus bukan? “Masa magang tiga bulan. Dan satu orang dengan kualitas terendah akan diberhentikan” Ujar Conradinez kemudian memberikan map tersebut kembali pada Vila. “Baik, Pak” Ucap Vila. “Kalau begitu, saya permisi” Pamitnya. Namun belum sempat ia melangkah, Conradinez lebih dulu memanggilnya. “Apa ada yang Anda butuhkan, Pak?” Tanya Vila. “Apa di perusahaan ini ada karyawan bernama Agustin Prasetyo?” Tanya Conradinez balik. “Ada, Pak. Saat ini beliau menjabat sebagai manajer pemasaran” Jawab Vila. “Panggil dia ke sini” Pintah Conradinez. “Baik, Pak” Ucap Vila kemudian pamit dari ruangan Conradinez untuk melakukan perintah pria tersebut. Setelah kepergian Vila, Conradinez terdiam di tempatnya dengan tangan yang berada di dagu. Saat ini otaknya penuh dengan Mikaila yang saat ini pasti tengah bersama dengan Dimas. Tapi, akan ia pastikan kalau itu semua tidak akan berlangsung lama karena ia akan mendapatkan Mikaila-nya kembali. Senyum miring lantas terukir di wajah tampannya. Suara pintu yang diketuk membuat lamunan Conradinez buyar. Ia lantas menyuruh orang yang mengetuk pintu tersebut. Tak lama kemudian, seorang pria masuk ke dalam dan berdiri tepat di depan meja Conradinez. “Anda memanggil saya, Pak?” Tanya pria itu. “Agustin Prasetyo?” Tanya Conradinez memastikan. “Benar, Pak” Jawab pria bernama Agustin tersebut. “Apa kau mengenal Dimas?” Tanya Conradinez. “Iya, Pak. Dia teman saya” Jawab Agustin yang sedikit bingung lantaran Conradinez yang mengenal teman yang bisa ia pastikan kalau kedua orang tersebut tak pernah bertemu sebelumnya. “Di mana dia bekerja sebelum di Hoor Company?” Tanya Conradinez. “Sebelumnya Dimas bekerja di sebuah perusahaan khusus bidang real estate, Pak. Di sana, di bekerja sebagai manajer umum seperti jabatannya yang sekarang selama tiga tahun” Jelas Agustin. “Lalu kenapa dia berhenti dari sana?” Tanya Conradinez. “Karena Dimas ingin mencari pengalaman baru, Pak. Dia merasa membutuhkan itu untuk menunjang karirnya” Jawab Agustin yang dibalas anggukan kepala oleh Conradinez. “Sepertinya kau tahu banyak tentang dia” Ucap Conradinez. “Tidak juga, Pak” Ujar Agustin. “Sudah berapa lama kalian berteman?” Tanya Conradinez. “Kurang lebih dua puluh tahun, Pak. Kami bulan berteman sejak masih SD” Jawab Agustin. “Ternyata kalian sedekat itu, ya” Ucap Conradinez. “Dulu kami memang sangat dekat, Pak. Tapi sejak kami memiliki karir masing-masing, jadi kami sudah agak jarang bertemu” Ujar Agustin. “Tapi kalau boleh tahu, ada apa Bapak bertanya tentang Dimas?” Tanyanya segan. “Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tahu” Jawab Conradinez yang membuat Agustin semakin penasaran. “Kalau begitu kembalilah ke tempatmu” Pintahnya. “Baik, Pak” Ucap Agustin. “Ah, satu lagi. Jangan beritahu Dimas kalau saya bertanya padamu” Pintah Conradinez. “Baik. Saya mengerti, Pak” Ucap Agustin kemudian keluar dari sana. “Aku tidak salah bicara, ‘kan?” Gumamnya setelah keluar dari ruangan Conradinez. “Atau aku terlalu banyak memberikan informasi?” Gumam Agustin lagi. “Bagaimana ini? Dimas pasti akan marah kalau aku memberitahu orang lain tentang dirinya” Lanjutnya cemas. “Dasar mulut sialan” Maki Agustin beberapa kali seraya memukul-mukul mulutnya sendiri membuat Dito yang berada di dalam ruangannya melihat Agustin dengan tatapan bingung dengan tingkah aneh Agustin. Sementara itu, Conradinez yang berada di ruangannya terus mengolok-olok Dimas yang hanya menjabat sebagai manajer umum. Bukan karena ia merasa derajatnya lebih tinggi dari pria itu. Ia melakukannya karena ia sangat kesal dengan Dimas. Bisa dibilang, ia sangat benci pada pria itu. Dan rasa bencinya itu seperti sudah mendarah daging padanya. Dan untuk sekarang, ia tak akan menemui Mikaila dulu. Ia wanita itu menenangkan diri dulu sebelum siap menerima kehadirannya kembali. -------                          Love you guys~   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN