Will mengangguk-anggukkan kepalanya setelah mendengar cerita Conradinez mengenai masalah putranya itu. Setelah mengantarkan camilan untuk Macy tadi, Will memang kembali untuk menemui Conradinez di kolam renang atas permintaan putranya itu. Kini, keduanya pun duduk di kursi santai kayu yang terletak di pinggir kolam renang.
Dan setelah mendengar permasalahan Conradinez, ternyata masalah putranya itu tak jauh berbeda ketika dulu Macy memutuskan untuk pergi meninggalkannya karena kesalahpahaman juga.
“Lalu aku harus bagaimana, Dad?” Tanya Conradinez kemudian mengusap wajahnya.
“Bersabar dan menunggu” Jawab Will membuat Conradinez menatap tak percaya dengan apa yang Ayahnya itu katakan. “Bercanda” Lanjutnya.
“Tidak lucu, Dad” Ucap Conradinez. Will lantas menepuk sebelah pundak Conradinez.
“Boy, jangan biarkan masalah ini begitu mempengaruhimu hingga kamu menjadi tertekan dan terlihat seperti pria yang paling menyedihkan” Ujar Will memberi jeda.
“Dulu, keadaan Daddy bahkan jauh lebih parah darimu saat Mommy memutuskan untuk pergi membawa kalian. Tapi kemudian, Grandpa datang dan mengatakan ini pada Daddy ‘Jangan jadikan keterpurukan itu sebagai sebuah siksaan untuk dirimu sendiri. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah bangkit dan tunjukkan bahwa kamu tidak akan menyerah untuk meraih kebahagiaanmu kembali” Lanjut Will.
“Lalu?” Tanya Conradinez.
“Setelah hari itu, kondisi Daddy perlahan mulai membaik meski ada lubang kosong yang sangat besar di hati Daddy. Dan sebisa mungkin Daddy mencoba untuk menjadi baik-baik saja dan memperjuangkan kalian kembali. Walau pada akhirnya, Mommy yang memutuskan untuk kembali berkat bantuan Uncle Dion yang terus memaksa Mommy untuk kembali” Jawab Will kemudian terkekeh diikuti oleh Conradinez.
“Kesimpulannya adalah jangan menyerah dan tetap perjuangkan apa yang menurutmu menjadi hakmu. Ungkapan lama tapi sangat ampuh untuk menjadi motivasimu untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan” Sambung Will.
“Tapi bagaimana caranya Dad? Aku sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal dengan meragukan kesetiaan Mika. Aku telah menghancurkan kepercayaannya padaku” Tanya Conradinez.
“Kalau begitu bangun kepercayaan itu kembali. Kamu berhasil membuatnya percaya padamu setelah empat tahu dan Daddy yakin kalau kamu pasti akan bisa mendapatkannya kembali” Ucap Will.
“Apa yang kalian lakukan di sini?” Tanya Macy yang tiba-tiba datang hingga mengejutkan kedua pria tersebut.
“Man talk” Jawab Will.
“Tidak ada yang namanya man talk di dunia ini. Kenapa? Karena pria tidak berbicara tapi bertindak. Yang berbicara itu hanya wanita” Ucap Macy seraya duduk di samping Will hingga pria itu bisa merangkul pinggang ramping sang istri.
“See, inilah alasan kenapa Mommy selalu menang jika berdebat dengan Daddy” Ujar Will pada Conradinez membuat sang putra terkekeh.
“Karena faktanya, wanita memang selalu menang jika berdebat dengan pria” Ucap Macy.
“Tapi aku hanya kalah debat padamu” Ujar Will.
“Kalau kamu juga kalah debat dengan wanita lain, itu artinya kamu juga menyukainya. Karena pria hanya akan merelakan kemenangannya untuk wanita yang dia cintai” Ucap Macy seraya menatap Will dengan tatapan curiga.
“Tatapan macam apa itu?” Tanya Will. “Whatever. Apapun itu, aku tidak pernah dan tidak akan melakukan apa yang ada di otak cantikmu itu, My Queen” Ucapnya.
“Are you sure?” Tanya Macy.
“Yes, I am” Jawab Will.
“Tolong jangan menebar kemesraan di hadapanku Mom, Dad” Sahut Conradinez.
“Katakan itu hanya pada Daddy” Ucap Macy.
“Kemesraan tidak akan terjalin kalau hanya ada aku, My Queen” Ujar Will.
“Tolong hentikan Mom, Dad” Seru Conradinez.
“Baiklah, baiklah” Ucap Macy. “Ngomong-ngomong, ada yang harus kita bahas, Con” Lanjutnya.
“Daddy akan mengatakannya” Ujar Conradinez. “Sekarang aku mau kembali ke kamar. Bye Mom, Dad” Pamitnya kemudian mengecup pipi sang Ibu lalu pergi dari sana.
“Daddy tidak mendapat kecupan?” Teriak Will.
“Daddy sudah besar” Balas Conradinez membuat Macy terkekeh.
“Tapi Mommy juga sudah besar” Teriak Will lagi yang kali ini tak mendapat respon dari Conradinez karena telah berada cukup jauh dari posisi kolam renang.
Setelah tiba di kamarnya, Conradinez langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur seraya menghela nafas kemudian memikirkan percakapannya dengan sang Ayah tadi. Walau kebanyakan hanya membahas masa lalu, tapi ia cukup senang bisa berbincang dengan sang Ayah malam ini dengan tema nostalgia dan curhat.
Dan apa yang dikatakan Ayahnya sepenuhnya benar, ia tak boleh hanya berdiam diri dan merasa paling menyedihkan di dunia jika ingin mendapatkan Mikaila kembali. Ia akan kembali berjuang untuk mendapatkan Mikaila-nya kembali walau itu akan memakan waktu empat tahun atau bahkan lebih.
And that’s on periodt.
-------
“Makan yang banyak, akhir-akhir ini kamu terlihat lebih kurus” Ucap Celine seraya meletakkan sepotong paha ayam di atas piring Mikaila.
“Ma, aku sudah kenyang” Seru Mikaila.
“Makan saja. Sudah terlanjur juga” Ucap Celine. “Eh, eh, tidak boleh dikembalikan. Pa. Ma. Li” Serunya saat melihat Mikaila yang hendak mengembalikan paha ayam yang ia letakkan di atas piring Mikaila tadi.
“Tapi aku sudah kenyang, Ma” Ujar Mikaila.
“Pokoknya harus dimakan. Kalau tidak, ayamnya akan menangis” Ucap Celine membuat Mikaila memutar bola matanya.
“Aku bukan anak kecil lagi yang percaya dengan ucapan seperti itu, Ma” Ujar Mikaila membuat Celine terkekeh. Dan dengan penuh kepasrahan pun, Mikaila terpaksa memakan paha ayam yang terlihat besar tersebut walau perutnya sudah sangat kenyang.
“Ngomong-ngomong, bukankah dia mau datang?” Tanya Mikaila.
“Oh, itu. Tadinya dia memang mau datang ke sini begitu sampai di Jakarta, tapi dia bilang harus mengurus beberapa hal dulu jadi baru bisa datang ke sini besok atau lusa” Jawab Celine. “Kenapa?” Tanyanya.
“Tidak apa-apa” Jawab Mikaila.
“Apa kamu...”
“Tidak” Potong Mikaila bahkan sebelum Celine menyelesaikan ucapannya. Tapi apapun itu, Mikaila tetap akan menjawab tidak.
“Memangnya kamu tahu apa yang mau Mommy katakan?” Tanya Celine.
“Tidak” Jawab Mikaila.
“Makanya, jangan sotoy” Ejek Celine membuat Mikaila memanyunkan bibirnya seraya mengunyah paha ayamnya. “Tadi Mama cuma tanya, kamu sudah baikan sama Con atau belum?” Tanyanya yang membuat Mikaila terdiam. Melihat ekspresi sang putri, Celine pun menyimpulkan kalau mereka berdua masih bertengkar.
“Segeralah berbaikan kalau kalian ma...”
“Kami sudah putus, Ma” Potong Mikaila membuat Celine terkejut.
“Pantas saja dia sudah tidak pernah datang ke sini. Tapi kenapa?” Tanya Celine. “Ah, tidak-tidak. Tidak perlu dijawab sekarang. Mama tahu, kamu pasti tidak ingin membahasnya. Jadi tidak perlu dijawab” Lanjutnya yang hanya dibalas senyuman tipis oleh Mikaila. Di saat seperti ini, ia merasa sangat bersyukur memiliki seorang Ibu yang sangat pengertian seperti Celine.
Seusai makan malam, Mikaila langsung masuk ke dalam kamarnya. Begitu pula dengan Celine tanpa bertanya lebih lanjut mengenai hubungan Mikaila dan Conradinez lagi. Ia sudah cukup tahu kalau keduanya telah putus.
Begitu sampai di dalam kamarnya, Mikaila duduk di kursi meja belajarnya seraya menatap jendela yang berada di hadapannya. Tak banyak yang bisa ia lihat melalui jendela tersebut selain kebun bunga rumah sebelah yang merupakan tetangganya. Meski begitu, ia sangat suka menatap bunga-bunga tersebut. Sangat indah.
Cukup lama ia duduk di sana hanya untuk menatap bunga-bunga tersebut tanpa bersuara hingga ia memutuskan untuk tidur. Ia lalu berdiri, merebahkan tubuh di tempat tidur, dan menarik selimut untuk menyelimuti tubuhnya.
Namun tak lama kemudian, tiba-tiba setetes air mata mengalir dari matanya yang kini tengah tertutup. Ia menangis. Walau di luar ia tampak baik-baik saja, tapi sesungguhnya ia sangat rapuh. Ia merindukan pria itu. Ia rindu Conradinez.
Suara ponsel yang berdering membuat Mikaila membuka matanya. Ia lalu mengambil ponselnya yang berada di meja nakas yang berada tepat di hadapannya. Dan air matanya lantas semakin deras saat melihat nama Evelyn tertera di sana. Tiba-tiba, rasa bersalah itu pun hadir.
“Ev” Gumam Mikaila seraya menahan suara tangisnya.
Ia lalu meletakkan ponselnya kembali dan memilih untuk mengabaikan panggilan sahabatnya tersebut. Saat ini, ia tak bisa berpura-pura baik-baik saja di hadapan Evelyn karena wanita itu pasti tahu kalau ia berbohong.
“Maafkan aku, Ev” Gumam Mikaila kembali dengan air mata yang tak bisa berhenti mengalir dari matanya.
Di sisi lain, Evelyn menatap ponselnya bingung karena Mikaila yang tidak menjawab panggilannya.
"Ada apa dengannya?" Tanya Evelyn pada dirinya sendiri.
"Ada apa, Sweetheart?" Tanya Austin yang baru saja masuk ke dalam mereka setelah menidurkan putra-putri mereka di kamar masing-masing.
"Mika tidak menjawab panggilanku" Jawab Evelyn.
"Mungkin saja dia sudah tidur. Di Indonesia sekarang sudah malam, bukan?" Ucap Austin.
"Tapi masih belum selarut itu. Dan Mika tidak pernah tidur di bawah jam sepuluh" Ujar Evelyn.
"Mungkin dia sedang sibuk jadi tidak bisa menjawab panggilanmu" Ucap Austin mencoba untuk membuat sang istri berpikir positif. "Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Dia pasti baik-baik saja" Lanjutnya membuat Evelyn menghela nafas.
"Dari pada pusing memikirkan itu, bagaimana kalau kita bermain? Mumpung anak-anak sedang tidur siang" Tanya Austin seraya memeluk Evelyn dari belakang. Namun belum sempat Evelyn menjawab, Austin telah lebih dulu menggendong sang istri hingga wanita itu memekik.
"Tapi ini masih siang" Ucap Evelyn.
"Tidak perlu menunggu malam untuk bermain" Ujar Austin seraya mengeluarkan senyum miringnya kemudian langsung membawa Evelyn ke tempat tidur.
-------
Fyi, 'Periodt' merupakan slang/bahasa gaul di Amerika yang digunakan untuk menandai akhir dari suatu diskusi/pembahasan atau untuk menekankan suatu poin yang biasanya terdapat di akhir kalimat/pernyataan.
Love you guys~