Sepanjang perjalanan, Evan memasang wajah cemberut. Maira justru bersikap acuh tak acuh apalagi mengingat pembicaraan Evan dan Noah tadi. Sesampainya di apartemen pun, Evan masih dengan kebungkamannya. Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan saat berjalan menuju lift, Evan melangkah panjang membuat Maira terseok-seok mengejar langkahnya. Apalagi ia belum paham benar cara naik turun menggunakan lift. Saat Evan menekan tombol lantai yang dituju, Maira memperhatikan lamat-lamat agar ia tidak perlu kesusahan mau kemana-mana. Apalagi setelah ia sudah menjadi pengangguran. Ia sudah tidak bekerja di toko lagi. Maira menghela nafas panjang. Evan yang mendengarnya meremas telapak tangan. Ia pikir Maira seperti itu karena tidak nyaman berdekatan dengannya. Padahal Maira sedang kesal dengan ke