"Aaargh ...," teriak Renita di kamar hotel di mana ia menginap beberapa hari ini. Ia berteriak melampiaskan amarah yang bercokol di dalam hati. Kemarahan yang sekian tahun terpendam tanpa bisa diluapkan. Renita terduduk di tengah-tengah ruangan. Ia menjerit dengan air mata berderai. Hatinya sakit. Sakit sekali setelah kembali dipertemukan oleh si pembuat luka di cafe tadi. "Kenapa? Kenapa mereka masih baik-baik saja? Mengapa hanya aku yang hancur sementara mereka tetap bisa hidup dengan layak dan bahagia? Kenapa semesta begitu kejam padaku?" lirih Renita saat merasakan luka yang tak pernah kering itu kembali menganga setelah pertemuan ia dan Sarah. Bukan Sarah saja. Ia pun dipertemukan dengan Naysila meskipun hanya saling tatap saat di dalam mobil. Hati Renita sakit saat melihat mereka