Setelah memasuki halaman luas parkiran apartemen Tif, Regan menghentikan mobilnya dan melirik wanita yang masih tertidur pulas dengan tangan meringkuk di bawah jas yang ia pinjamkan tadi. Helaian rambut yang tadi terguyur hujan sudah mulai mengering dan menutupi mata wanita itu hingga ia tidak tahan untuk menyingkirkannya. Begitu Regan menyentuh wajah mungil wanita itu, tangannya seolah tidak rela melepaskannya. Ibu jarinya mengusap bawah bibir Tif dengan lembut.
Ia ingin merasakan kembali bibir itu. Persetan, batin Regan.
Regan segera mengecup bibir Tif yang masih pulas. Mencecap rasanya dengan seksama seolah ia sudah lama dan melupakan rasanya. Wanita itu mulai terganggu dan membuka matanya, pada momen itu juga lah Regan memaksa masuk mencicipi bibirnya lebih dalam.
Ia merasakan sepasang tangan di dadanya mendorong untuk menjauh namun tak mau kalah ia meneruskan ciumannya dan memaksa Tif agar ia ikut bermain dengannya.
Tangan kanannya menangkup wajah Tif agar tidak bergerak dan tangannya yang lain memeluk pinggang Tif dan menariknya mendekat.
Regan seketika membenci mobilnya karena menghalangi ruang geraknya saat ini. Namun, di sisi lain, Tif terperangkap di antara tubuh Regan dan sempitnya mobil itu hingga tidak banyak yang bisa ia lakukan selain bergeming dibawah tubuh Regan.
Kesempatan ini tidak di sia-siakan olehnya, Regan membungkam bibir Tif dan tangannya mulai menjelajah masuk ke balik blousenya.
“Regan,” lirihnya saat Tif mulai merasakan tubuhnya meremang karena sentuhan pria itu.
“Sssh,, just feel it. Aku merindukan tubuhmu.” Ucap Regan sambil menurunkan ciumannya ke area leher Tif. Memaksa Tif mendongak memberikan akses untuk pria itu menjelajahi lehernya dengan kecupan panas . Sedangkan tangan Regan naik meremas gundukan p******a Tif yang sudah mulai mengeras di balik blousenya yang lumayan tipis.
Tiba-tiba saja udara di dalam mobil terasa lebih hangat dari sebelumnya. Jemari Regan meraih blouse Tif bermaksud untuk melucuti penghalang antara kelembutan kulit Tif dengan dirinya. Namun Tif dengam cepat mengehentikan Regan. “Disini ada cctv.” Ucapnya.
Regan menghela napas kasar lalu ia menyampirkan jasnya pada tubuh Tif agar mmenutupi kekacauan yang ia buat pada pakaian Tiff. Lalu, ia keluar dari mobil dan berlari menuju pintu penumpang serta membukakan pintu untuk Tif. “Tempatmu kalau begitu.”
=
Keduanya sedang menenangkan ritme detak jantungnya setelah puncak yang mereka alami berulang kali. Karena mereka berdua tergesa-gesa, Tif bahkan tidak mengunci pintu apartemennya saat mereka masuk.
Haus akan tubuh masing-masing membuat mereka berdua lupa bahwa ada ikatan profesional yang seharusnya mereka jaga sebagai atasan dan bawahan. Namun, Regan sepertinya tidak peduli.
Alih-alih menyadari kesalahannya, ia kini merangkulkan lengannya membelit pinggang wanita itu.
“Pak Regan, bukankah kau harus..” Perkataan Tif disela oleh pria yang masih menghidu aroma tubuhnya di ceruk leher Tif.
“Jadi kau memanggilku Regan hanya saat sedang b******u denganku, dan setelah itu aku kembali menjadi ‘Pak Regan’ ya?” Tanyanya menghentikan kegiatannya dan menengadah pada Tif.
Tif tersenyum malu, “Maaf.”
“Kamu hanya boleh memanggilku ‘Pak’ saat di depan karyawan kantor jika itu memang mengganggumu.”
Tif mengangguk tanda mengerti. “Bukannya kamu harus pulang?”
Regan tertawa dan menopang tubuhnya dengan sikunya agar ia bisa melihat wajah Tif dengan jelas. “Kamu mengusirku ya?”
Tif mengedikkan bahunya. “Aku tidak pernah bermalam dengan pria setelah bercinta.”
Perkataan Tif membuat Regan kesal secara tidak wajar. “Berapa banyak pria yang telah menikmati mu?”
Tif terbelalak mendengar pertanyaan Regan yang kurang ajar padanya. “Itu bukan urusanmu.” Jawab Tif dengan ketus. Ia lalu membalikkan badannya membelakangi Regan. Namun pria itu tidak puas dengan jawaban Tif sehingga Regan menarik kembali badan Tif agar berada di bawahnya kembali.
“Berapa, beritahu aku.” Desaknya
Tif mendorong badan Regan agar menyingkir dari atasnya namun ia tahu usahanya sia -sia karena ia seperti sedang berusaha memindahkan pintu baja diatasnya. Tidak bergerak saama sekali.
“Kamu mencintainya?”
“Wow, easy big guy. We don’t talk about love here.”
“Aku tahu, aku hanya penasaran apa sebelumnya kau hanya tidur dengan pria yang kau cintai atau kau hanya menginginkan pria acak sepertiku?”
Tif diam tidak menanggapi.
Regan terkekeh, “anggap saja yang kedua. Jadi sekarang kamu tidak keberatan mengulangnya lagi, kan?”
=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=-=
SUDAH YA GUYS, SAMPLENYA SAMPAI DI SINI.
JIKA INGIN MEMBACA KELANJUTANNYA PLEASE BACA DI AKUN INNOVEL : MEDINA