Seharian ini Tif sibuk menghubungi jasa sewa apartemen untuk ia tinggali nantinya namun beberapa apartemen yang ditawarkan selalu tidak sesuai dengan kriteria yang ia inginkan. Ia hanya menginginkan apartemen dengan satu kamar yang berada di sekitar kantornya agar tidak terlalu membuang waktu.
Tif mengalihkan perhatian pada laptopnya saat ia melihat Em masuk ke kamarnya membawa dua gelas minuman bubble tea yang sedang digandrungi para remaja Jakarta saat ini.
"Nih buat lo." Em meletakkan satu gelas di atas meja, di samping laptopnya.
Tif cemberut melihat minuman itu. "Gue kan lagi ngurangin gula Em."
"Ga usah sok diet deh gue dah cape-cape ngantre buat beli minuman itu. Nanti aja dietnya."
Tif sejak dulu adalah pecinta minuman manis namun beberapa bulan belakangan ini ia sudah sangat mengurangi makanan yang mengandung terlalu banyak gula. Namun, untuk sekarang ia juga memang penasaran dengan rasa minuman yang sedang hits ini. Ia mengambil dan mulai mencicipi minuman itu. Sementara Em mengintip pada layar yang sedang ditampilkan laptop Tif. "Lo ngapain cari apartemen?"
Oh iya, Tif lupa bilang pada Em bahwa ia diterima kerja di perusahaan Blythes. Ia bingung bagaimana menjelaskannya. Em pasti akan langsung tahu tujuan ia bekerja di sana untuk apa. Kakaknya itu tidak boleh merusak rencananya.
"Gue dapet offer dari perusahaan startup daerah kuningan makanya harus cepet cari tempat sebelum gue mulai kerja."
"Yaelah, Kuningan doang kan deket dari sini ga perlu lah sampe pindah apart gitu."
Dekat memang, tapi jika Gilang tahu ia serumah dengan Em maka rencananya akan berantakan.
"Ga ah, gue males pergi ngantor pagi-pagi. Maunya mepet aja 10 menit sebelum jam kantor gue baru berangkat," Tif berusaha menjelaskan. "lagian kalo dari sini bakalan kena macet, ujung-ujung gue harus berangkat dari jam 7."
"Tapi kan sayang duitnya, TIf." Bujuk Em sambil meminum bubble tea yang sudah hampir setengahnya itu.
"Gak apa-apa. Di spore kan juga gue tinggal sendiri."
Em berjalan ke ranjang Tif yang posisinya berada di belakang meja kerjanya sambil terus mengaduk dan menyeruput minuman brown sugar nya itu.
"Perusahaan apa?" Tanya Em ringan. Ia tidak menyadari adiknya sudah kelabakan mencari jawaban. Pasalnya, tif tidak terlalu banyak tahu mengenai perusahaan startup di sekitar Kuningan. Jadi, ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Yah ada deh, baru berdiri setahunan gitu perusahaannya. Lo kayaknya ga bakal tahu."
Em mengangguk saja mendengar jawaban adiknya. "Ya udah nanti kalo udah dapet tempatnya lo kasih tahu gue, gue bantu pindahan."
Tif mengacungkan jempolnya tanda setuju lalu ia mengibaskan lengannya pada Em menyuruh ia keluar dari kamarnya.
Matanya kembali memperhatikan layar macbook dan melanjutkan pencarian di situs pencari apartemen yang sempat terganggu oleh kedatangan Em barusan.
Entah di halaman ke berapa, akhirnya ia menemukan sebuah apartemen mungil dengan harga sewa yang standard, tidak terlalu mahal tapi tidak bisa dibilang murah. Yang penting sesuai dengan kriteria yang ia inginkan. Tif langsung menekan info mengenai pemilik apartemennya dan mulai menghubungi lewat telepon.
Tawar-menawar selesai dilakukan dan Tif sudah sepakat akan menempati tempat itu besok. Sekarang waktunya ia mengemas barang-barang yang memang tidak banyak itu. Sebagian besar barangnya masih berada di Singapura. Tif sudah meminta sahabat dekatnya, Christin, untuk mengirim sisa barangnya ke Indonesia melalui jasa pengiriman yang biasa ia pakai untuk mengirim barang dalam jumlah banyak antar Negara.
Christin adalah satu-satunya teman yang ia beritahu mengenai rencana pembalasan dendamnya itu, ia juga mendukung Tif untuk misi ini karena Christin tahu Em adalah satu-satunya keluarga Tif yang masih ada dan ia tentu akan mendukung Tif untuk membela Em apapun kondisinya. Dan Tif sangat berterima kasih atas itu.
= = =
Yang ia punya saat ini adalah satu koper baju yang ia bawa untuk pernikahan Em dari Singapura dan beberapa baju tidur yang ia sediakan di rumah Em sejak dulu karena ia terlalu malas untuk membawa baju tidur saat ia pulang mengunjungi kakaknya dan beberapa peralatan makan yang ia minta dari Em. That's it. Apartemen yang ia sewa adalah tipe full furnished jadi ia tidak harus membawa perabotan apapun untuk tinggal di sana. Namun, ia akan tetap membeli beberapa perabotan untuk hiasan apartemen barunya itu. And a lots of clothes.
Semua barang-barang yang ia kirim via jasa pindah rumah itu sudah tertata rapi. Em sedang menata beberapa pernak-pernik yang ia beli sebelum datang ke apartemen baru Tif. Proses pindahan cukup cepat karena toh tidak banyak yang harus dibawa.
Em tidak tinggal terlalu lama setelah membantu Tif merapikan apartemennya ia langsung pergi untuk janji temu dengan klien nya di daerah Sudirman, tidak jauh dari apartemen Tif. Setelah kepergian Em, Tif membuka ponsel dan menjelajahi halaman i********: explore nya. Ia ingin tahu apa yang terjadi di sekitarnya.
Beberapa postingan mengenai skincare dan makeup, ada juga beberapa foto minuman boba yang sedang hits di Jakarta, sebagian postingan dari selebgram.
Klik.
Jari Tif mulai berselancar di beberapa foto-foto cantik para selebgram itu hingga akhirnya ia berhenti pada suatu postingan yang memiliki puluhan ribu likes dan ribuan komen. Bukan itu yang mencuri perhatian Tiff, tapi lelaki yang berada dalam foto itulah yang membuatnya terpana. Postingan yang diunggah oleh akun dengan username veronicajjj itu menampilkan seorang wanita yang tersenyum mengenakan tiara imitasi dan gaun ketat berwarna biru tua serta di depannya ada kue bertuliskan happy birthday lengkap dengan lengan si pria yang melingkari pinggangnya.
Tiff mulai bertanya-tanya apakah ini kekasih pria itu atau bukan. Dengan penasaran ia menekan foto profil si pengunggah foto, dan mulai menelusuri semua postingan wanita itu. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa dia memiliki pacar. Veronica, kalau memang benar itu nama aslinya, cukup sering mengambul foto bersama beberapa pria tetapi tidak ada foto yang ia beri caption spesial seperti layaknya postingan bersama kekasih.
Tif mulai menyerah lalu kesal sendiri mengapa ia repot-repot ingin mencari tahu mengenai hal itu. Ia menggelengkan kepalanya. Tidak. Bukan itu. Ia hanya ingin memastikan bahwa ia tidak meniduri kekasih wanita lain. Jika betul Regan memiliki kekasih pada saat mereka bercinta minggu lalu maka ia akan menyesalinya seumur hidup. Walaupun itu bukan salahnya karena ia jelas tidak tahu bahwa pria itu memiliki kekasih. Namun, ia bekerja di perusahaan yang sama dengan pria itu bisa jadi ia akan bertemu dengan kekasih Regan di masa mendatang dan akan semakin membuat ia merasa bersalah.