7 - Bonding

1026 Kata
Regan melihat wanita itu setelah beberapa hari ini ia merindukan sosoknya. Wanita itu sudah mulai bekerja di perushaannya. Ia lega akhirnya ia memiliki kendali atas wanita itu di kantornya sendiri. Setelah bertahun-tahun ia tidak pernah menginginkan wanita sebesar ini, baru kali ini ia merasakan hal itu lagi. Pada wanita yang baru sekali ia temui. Wajah wanita itu terbingkai sempurna oleh rambut yang tergerai panjang. Senyuman terulas di bibirnya saat ia menyapa karyawan yang akan menjadi rekan bekerjanya disini. Lalu saat Tif mulai menyalakan komputer dan melakukan pekerjaannya, tak sengaja sepasang mata indahnya menatap Regan dan sontak wajah wanita itu terlihat kaget dan salah tingkah. Tanpa sadar Regan terkekeh saat melihat wanita itu salah tingkah lalu ia memasuki ruangan kerjanya meninggalkan Tif berdiri canggung hingga kesadaran dirinya pulih dan melanjutkan aktivitasnya kembali seolah tak terjadi apa-apa. Sebelumnya ia tidak pernah menjalin hubungan terlarang dengan rekan sekantornya untuk menghindari situasi tidak enak seperti ini. Ia tahu konsekuensinya namun demi dapat memasuki lingkaran kehidupan Gilang ia terpaksa melakukan jalan pintas. Omong-omong tentang Gilang, ia belum melihat lagi pria itu sejak pertemuannya terakhir kali di lift saat ia tanda tangan kontrak di perusahaan ini. Menurut teman barunya Melisa, Gilang memang lebih sering mengurusi kepentingan di luar kantor. Jadi, wajar saja jika ia akan jarang terlihat di kantor ini. Saat mendengar itu dari Melisa ia tanpa sengaja menghela napas. Tujuannya mungkin saja akan lebih sulit dilakukan jika kondisinya seperti itu. Namun Tif tahu ia tidak akan secepat itu menyerah. Sejak kecil ia memang lebih ambisius dibandingkan kakaknya. Anton, yang namanya baru saja ia tahu saat perkenalan tadi pagi, adalah rekannya di divisi brand. Ia menghampiri meja Tif sambil membawa beberapa berkas untuk di review oleh Tif. “Bo, ini berkas yang harus iyey eksekusi duluan ya.” Pertama kali mendengar Anton berbicara Tif lantas tertawa dalam hati karena ia tahu kehidupan kantornya tidak akan terlalu bosan jika ia dapat berteman dengan laki-laki kemayu ini. Jenis laki-laki yang bisa ia andalkan mengenai isu yang beredar di lingkungan kantor. Tif mengangguk dan mengucapkan terima kasih, berpikir Anton akan meninggalkan mejanya. Tapi ia salah, pria itu masih bergeming disana dan mulai melihat-lihat meja yang baru saja ia rapikan tadi pagi sebelum bekerja. “Meja U sepi banget deh sis.” Pria itu berkata sambil mengambil miniatur paris berukuran 15cm diatas meja Tif. Tif menghentikan jarinya yang sedang mengetik di atas keyboard lalu ia mulai memperhatikan Anton yang masih berdiri di samping kursinya. “Bingung mau naro apa.” Jawabnya singkat. “Foto pacar barangkali, di figura dan dipajang biar jadi penyemangat.” “ I don’t have one.” “Duhhhh.. masa sih cewek seksi kaya iyey ga punya bucin satu pun.” Tif tertawa menanggapinya. “Makanya mau nyari nih, kali ini di kantor ada yang nyantol sama gue. Kenalin dong cowok-cowok yang masih available sama gue.” Anton menepuk-nepuk dadanya sendiri. “Tenang, gue jagonya kalo dalam urusan permakcomblangan." Sambil menarik kursi kosong di belakang meja Tif, Anton duduk untuk bercerita dengan semangat. “Ga perlu khawatir sis, di gedung ini banyak cowo cucmey.” “Cucmey apa tuh?” Tif asing dengan kata yang baru saja terucap dari bibir Anton. “Cucok meong maksudnya alias gemes gemes gimanaaa gitu.” Tif lantas tertawa mendengar penjelasan dari pria itu, baru meninggalkan Indonesia sebentar saja ia sudah ketinggalan istilah-istilah asing. “Kita mulai dari yang sejajaran sama U dulu ya beb. Pertama kita punya Randu, divisi Finance. Kalo lo mau have fun boleh lah sama dia, he’s player, jagoannya kantor kita.” “Wait, dia yang sedikit mirip Taylor Lautner itu?” Anton mengangguk. “Charming, isn’t he? Sepertiga populasi cewek dikantor ini patah hati kali kalo liat lo jalan sama dia. Next, kita punya Tobby dari divisi IT. Asal lo tahan aja sama sikap sesumbarnya, ga ada dua deh dia. Ketiga ada Satria dari divisi legal sama playernya dengan Randu tapi yang ini punya histori pernah main tangan.” “Kok tawaran lo ga beres semua sih, player lah, yang sesumbar lah, main tangan pula.” Tif menggeleng sambil bergidik ngeri. “Ya udah, kita main ke posisi yang atas ya bo. Ada vice GM kita, pak Gilang namanya tapi kayaknya iyey belum ketemu. Deseu lagi available karena pernikahannya batal minggu lalu. Terus ada managing director, pak Raihan, tapi kalo yang ini iyey harus saingan sama pacarnya si Sabrina. Saran gue sih jangan, Raihan ini bucin banget sama Sab soalnya.” Anton menaikkan lehernya celingukan ke penjuru kantor lalu memelankan suaranya. “Yang paling jackpot adalah, kalo iyey bisa deketin GM kita, pak Regan. Ga usah mikir hidup kayak gimana dah kalo udah sama yang ini, sejahtera terjamin. Tajir melintir.” “Jadi yang available pak Gilang dan pak Regan? Gue ga mau main sama pacar orang. Kita coret aja pak Raihan dari list.” Pancing Tif. “Setuju. Gue juga agak sangsi pak Raihan bakal main mata di belakang Sab.” Ucap Anton. “Lo udah ketemu pak Regan kan, gimana menurut ngana?” “Yah oke sih, ganteng.” Jawab TIf. Anton berdecak. “Oke sih gimana, oke banget kalo deseu mah. Gantengnya bikin khilaf. Akikah aja kadang suka nyebut kalo ga sengaja papasan sama deseu. Sayang aja doi kayaknya ga pernah mau lirik karyawannya.” Tif menaikkan alisnya. Ia pernah mendengar tentang ini dari mulut pria itu sendiri di malam mereka tidur bersama. Ternyata benar, Regan memang tidak pernah meniduri karyawannya. “Eh tapi jangan berkecil hati dulu beb, siapa tau deseu mau toleransi kalo sama iyey. Secara iyey kecantikannya sakti mandraguna dan seksi luar dalem.” Tif terbahak-bahak mendengar istilah yang digunakan Anton. “Ya udin, nanti kita lanjut lagi ya. Akikah harus ngerjain untuk konten besok. Lunch?” Tif mengacungkan ibu jarinya pada pria itu sebelum ia berbalik meninggalkan meja Tif. Ia melirik pada ruangan Regan namun sayang sekali ia tidak dapat melihat pria itu dibaliknya. Lalu ia mulai fokus mengerjakan data yang Anton berikan untuk ia kerjakan lebih dulu. Namun masih ada perasaan mengganjal dalam hatinya. Tif takut rencananya akan berantakan karena Regan. Lalu ia menggeleng dengan keras. Ia harus membuang perasaan takutnya demi pembalasan dendam pada Gilang. Apapun akan ia lakukan untuk membuat pria itu menderita.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN