Bunyi panggilan masih meraung minta perhatian. Delia mendial ikon hijau pada layar dan menempelkan ponsel ke telinganya. Suara sapaan di seberang sana seketika membuat wajah Delia merah padam, tegang, dan ketakutan. Tangan kirinya yang bebas mengepal kuat. Bulir bening pun mulai memenuhi kelopak mata, siap terjatuh kapan saja. Menahan amarah dan kesedihan. Delia menghela napas dengan cepat, menutup panggilan sepihak. Wanita itu ambruk di kursi tunggu depan ruang inap Davina, putrinya yang masih menjalani pemeriksaan di dalam. Delia sempat menemani sebentar. Namun, ponselnya yang terus berbunyi membuatnya terpaksa meminta izin 'tuk keluar. Untung saja, Davina tidak sedang rewel. Alangkah teekejutnya ia saat yang pertama terdengar saja, sudah membuatnya bisa menebak. Suara itu, tidak pern