Hardi terduduk di pojok kamar. Meratapi kenyataan bahwa teman, sahabat dan cintanya, telah pergi meninggalkan ia. Hardi salah jika mengira Delia akan menunggu sampai ia pulang. Kembali dari perantauan ke kota kelahiran. Hardi menyesal, sebab telat mengungkapkan rasa yang ia punya untuk sahabat masa kecilnya itu, selain sebuah pertemanan. Jujur, Hardi menyukai Delia lebih. Namun sekarang, apa mau dikata. Delia tak lagi bersama. Harapan melihat binar di mata gadis itu saat menyambut kedatangannya, kini telah sirna. Hardi menundukkan kepala. Menyatukan dahi dengan lututnya. Mungkin, inilah hukuman bagi Hardi yang sudah meninggalkan Delia. Pergi di saat gadis itu tengah berduka melepas kepergian ibunya. Bahkan, yang paling disesali, ia tak sempat berujar maaf. "Delia," lirih Dirga. Matanya