Kesibukan yang padat membuat Gia nyaris melewatkan makan siang dan makan malam. Hanya dua lembar roti tawar dan satu gelas s**u, yang berhasil Gia makan. Setelah itu ia benar-benar disibukkan dengan berbagai macam kegiatan, dari mulai mengantar dan membantu salah satu warga melahirkan, di lanjut dengan beberapa orang tiba-tiba sakit mendadak. Sulit mendiagnosa penyakit yang mereka derita sebab minimnya peralatan medis dan obat-obatan. Yang mampu Gia lakukan hanya membantu mereka dengan peralatan seadanya dan semampu yang bisa dilakukannya. “Gi, kamu pucet banget.” Beti menghampiri Gia dengan memberikan air kemasan. “Capek banget,” keluhnya. “Belum makan?” Selidik Beti. “Belum,” Gia menggelengkan kepalanya. “Kamu harus membiasakan diri makan berat di pagi hari, karena disini sit