Dengan senyum bahagia, Gia melihat bayinya yang sedang berbaring di depannya. Ia dengan lembut mencium pipi bayinya yang masih berlumuran darah, sambil memandang ke arah suaminya yang penuh kebanggaan. "Terima kasih banyak, Gia. Terima kasih," ucap Steven dengan penuh rasa syukur sambil mencium kening Gia dengan penuh kasih sayang. Namun, Gia merasa ada keraguan dan ketakutan yang mulai muncul di dalam benaknya. Ia menatap ke langit-langit ruangan operasi dengan pandangan nanar. Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang mudah baginya, dan sejak awal ia sudah merasa ragu. Bagaimana ia bisa menjadi seorang ibu yang baik dan sabar, terutama saat harus menghadapi tangis bayinya di malam hari? Ketakutan mulai menghantuinya, dan Gia berpikir keras tentang bagaimana caranya untuk menjadi orang tua

