Mentari sudah meninggi ketika mereka berdua resmi keluar dari dalam hotel, Wulan sangat marah pada Cakra dan dia terus mencubit pinggang Cakra, tetapi otot Cakra terlalu kencang dan sulit untuk dicubit. Cakra menarik tangannya, mengusap tangan Wulan dengan lembut. “Jangan marah, lain kali aku akan lebih memperhatikan.” Cakra diam sejenak. “Tapi kamu tidak bisa menyalahkanku untuk tindakan ini, ada seseorang seperti kamu di sisiku, jika aku bisa menahan diri sementara memiliki pacar yang begitu cantik maka aku bukan pria normal.” Cakra menunjukkan wajah seriusnya di depan Wulan, biasanya dia selalu menggunakan penampilan serius itu saat berbicara dengan Wulan di perusahaan. Dan itu membuat Wulan tertawa. Cakra meraih tangannya dan menggandengnya. “Ayo, pacar.” Pada sore terakhir di kot