Kekasih....

1158 Kata
Entah mengapa Renee merasa senang saat Dewo mengajaknya ke suatu tempat. Mungkinkah mereka akan mengulang hal panas yang akhir-akhir ini mereka lakukan? Ah, Renee yang sejak dulu tak pernah merasakan hal seperti itu, kini tak bisa dimungkiri kalau Dewo membuatnya ingin melakukannya lagi, dan lagi. Jantung Renee berdegup tak beraturan saat mobil yang Dewo kendarai masuk ke area hotel. Pikiran Renee sudah sampai ke sana. Sudah sampai pada bayang-bayang hal indah nan penuh nikmat itu. "Mau apa kita kemari?" tanya Renee berbasa-basi. Padahal ia tahu apa yang akan mereka lakukan. "Kamu sendiri akan tahu nanti," jawab Dewo. Mereka kini sedang berdiri di lift. Hanya berdua. Entah ke mana para penghuni hotel ini hingga hanya ada mereka berdua. "Kenapa diam saja?" tanya Dewo sesaat setelah mereka keluar dari lift. Kini mereka berada di lantai tujuh pada hotel berbintang. "Tidak apa-apa," jawab Renee. Jelas saja ia bohong, karena sebenarnya ia sedang berharap-harap cemas. "Kamu tak perlu gugup ya, kuharap kamu biasa saja." Tidak sadarkah Dewo jika berbicara seperti itu malah membuat Renee menjadi gugup. Perasaan Renee tak karuan terlebih mereka kini sudah berdiri di depan pintu kamar 367. Renee semakin tak karuan saat Dewo mengetuk pintu. Tunggu, kenapa mengetuk? Renee jadi mengingat-ingat, tadi saat masuk Dewo tidak check-in terlebih dahulu. Sebenarnya mereka akan menemui siapa? Pintu pun dibuka. Arman, pria paruh baya itu tersenyum hangat pada Dewo. Senyumannya pun kembali terukir saat menatap Renee. "Kenapa lama sekali?" tanya Arman. Sepertinya pria itu sudah sangat akrab dengan Dewo. Arman lalu mempersilakan mereka untuk masuk dan duduk. Ternyata ruangan ini besar dan sangat mewah sekali. "Dewo, Dewo … belum juga berubah. Ini yang keberapa?" Renee mengerti arah pertanyaan Arman. Hal itu membuat ia tersadar pria seperti Dewo mustahil jika hanya memiliki satu wanita. Benar-benar jahat. "Aku hanya punya satu kekasih sekarang. Kenalkan ini Renee, kekasihku," ucap Dewo. Arman pun mengulurkan tangannya yang langsung dibalas oleh Renee. *** Renee hanya bisa diam mendengarkan setiap kalimat percakapan antara Dewo dan Arman. Mereka terlihat sangat akrab. Tentu saja Renee hanya diam karena tak mengerti dengan urusan bisnis yang mereka bicarakan. Rupanya Dewo hendak bekerja sama dengan Pak Arman. Renee bahkan baru tahu kalau Dewo adalah direktur sekaligus pemilik dari sebuah perusahaan. Dalam hati Renee menggerutu, kenapa ia harus diajak padahal sama sekali tak ada hubungannya dengan pekerjaan mereka. Benar-benar membuang waktu. "Sebelum saya pamit, aku ada satu permintaan," ucap Dewo. "Katakanlah, apa pun akan aku usahakan," jawab Arman. "Kekasihku ini baru saja keluar dari tempatnya bekerja. Aku ingin dia bekerja di perusahaanmu, Pak." Renee melebarkan matanya mendengar ucapan Dewo, tapi ia tak bisa berkata apa-apa. "Oh boleh, tapi kenapa tidak bekerja di kantormu saja, Dewo?" Dewo diam, berusaha memikirkan kata yang tepat. "Aku khawatir jika Renee satu kantor denganku … akan banyak wanita yang membencinya saat mereka tahu dia kekasihku. Aku tidak mau itu terjadi," jelas Dewo. "Penjelasan yang masuk akal. Tapi yakin hanya itu? Apa kamu takut ketahuan sedang selingkuh?" sindir Arman yang diakhiri dengan gelak tawa. "Ah, tidak. Aku hanya punya satu kekasih. Jadi bagaimana, Pak? Bisakah Renee bekerja di perusahaanmu?" "Boleh, mulai Senin masuk ya." Renee tak kuasa menolak. Bahkan, ia seharusnya berterima kasih pada Dewo. Renee sungguh sedang membutuhkan pekerjaan. "Baik, Pak. Sebenarnya aku ada permintaan lagi. Maaf kalau permintaanku ternyata cukup banyak." Arman menatap Dewo bagai mengisyaratkan agar Dewo mengatakannya. "Beri Renee posisi yang cukup nyaman. Sejujurnya … aku tidak ingin dia bekerja. Saat mendengar dia resign, aku sangat senang. Tapi dia malah memaksa mencari pekerjaan baru. Daripada dia bekerja di tempat lain yang tidak terjangkau, lebih baik di perusahaan Bapak saja." Arman mengangguk tanda mengerti. "Baik, akan kuberikan Renee posisi yang nyaman." *** Kini, Renee dan Dewo sudah ada di dalam mobil. Renee melirik jam tangan, ternyata hari sudah sore. Deswita pasti kebingungan karena Renee belum pulang. Entah mengapa, firasat Renee mengatakan bahwa Dewo tak akan membawanya pulang sekarang. "Kita mau ke mana lagi?" Akhirnya Renee memberanikan diri untuk bertanya. "Aku lapar, kamu tak perlu khawatir masalah pulang karena nanti aku akan mengantarmu." Renee mengangguk tanda mengerti. Dalam hati, Dewo merasa sangat senang karena Renee sudah tak memusingkan lagi. Wanita itu kini lebih banyak menurut dan tak pernah berontak lagi. Dewo memarkirkan mobilnya pada area parkir sebuah mall yang berada di pusat kota. Setelah itu, mereka langsung bergegas masuk. Sedari tadi tak satu pun resto yang Dewo pilih, padahal sudah banyak yang mereka lewati. Renee jadi bingung, sebenarnya Dewo ingin makan apa? Benar-benar aneh. "Dewo aku lelah, bukankah kamu yang bilang lapar? Tapi apa yang kamu lakukan sekarang? Dari tadi kita hanya berputar-putar." "Kamu hanya perlu ikuti saja," kata Dewo sambil terus berjalan. Tentu saja Renee mengikutinya dari belakang. Tak lama kemudian Dewo berhenti hingga Renee ikut berhenti.  Dewo membalik tubuhnya agar berhadapan dengan Renee. Jantung Renee berdegup lebih cepat bingung apa yang akan lelaki itu lakukan. Jangan sampai melakukan hal yang memalukan di depan umum. "Kenapa berhenti?" tanya Renee gugup. Dewo memajukan selangkah kakinya agar lebih dekat lagi dengan Renee. "Kamu yang kenapa? Untuk apa mengikutiku seperti itu?" tanya Dewo dengan tatapan yang tak terbaca oleh pikiran Renee. Tanpa memberi Renee kesempatan untuk menjawab, lagi pula tak ada jawaban bagi Renee, akhirnya Dewo melanjutkan ucapannya, "Jangan pernah berjalan di depanku, jangan pula di belakangku. Tapi berjalanlah selalu di sampingku karena kamu adalah kekasihku," kata Dewo lembut. Renee tak menduga Dewo akan berbicara seperti itu. Sungguh, itu kalimat paling manis yang pernah Renee dengar langsung dari mulut Dewo. Renee lalu mengangguk paham, kini mereka berjalan sejajar dan tangan Dewo menggandeng lembut lengan Renee. Siapa pun yang melihat itu, pasti bisa langsung menebak bahwa mereka adalah pasangan yang bahagia. "Kenapa kita ke sini?" tanya Renee bingung. Alih-alih menjawab, Dewo malah sibuk mengambil beberapa makanan seperti telur, daging, nugat, beberapa sayuran kemudian memasukkannya ke dalam troli. Sambil terus fokus memilah dan memilih makanan apa yang hendak dibeli, akhirnya Dewo mau menjawab pertanyaan Renee, "Aku lapar, dan kali ini aku ingin kekasihku memasak makanan lezat untukku." Renee tercekat mendengar penjelasan Dewo. Apa ia tidak salah dengar akan memasak untuk Dewo? Renee mulai berharap-harap cemas, apa yang akan ia masak untuk pria itu? "Sudahlah, jangan melamun. Ayo kita ke kasir." Sesampai di kasir, Dewo langsung memosisikan diri mengantre. Supermarket cukup ramai hari ini sehingga antrean lumayan mengular. Saat sedang berdiri menunggu giliran untuk membayar belanjaan, Renee merasa orang yang ada di depannya sungguh tak asing. Belum selesai Renee menduga, wanita paruh baya di depannya itu kemudian menoleh. Benar saja, wanita di adalah Arin, orangtua Affan yang sangat Renee kenal baik. "Renee. Apa kabar? Lama sekali Ibu tak melihatmu," kata Arin sambil mencium pipi Renee seperti kebiasaan mereka saat berjumpa. "Maaf, Ibu." "Iya, tidak apa-apa. Lagi pula Affan juga sudah menceritakan kalau kamu sangat sibuk. Tapi kamu sehat, kan?" Begitu nama Affan disebut, Dewo langsung merasa kesal. Ia baru tahu kalau ternyata wanita yang menyapa Renee adalah orangtua Affan. Dewo tak menduga rupanya Renee dan Arin bisa seakrab itu. "Renee sehat, Bu. Ibu bagaimana?" Belum sempat Arin menjawab, Dewo langsung mengambil alih situasi. "Maaf, kalian menciptakan antrean yang panjang. Ayo, Renee." "Oh iya maaf, tapi tunggu sebentar," cegah Arin, membuat Renee dan Dewo secara bersamaan menatap wanita itu mengisyaratkan tanda tanya. "Kamu datang bersama siapa, Renee?" Renee bagai tak punya kesempatan untuk berbicara lagi karena Dewo dengan bangga dan penuh percaya diri menjawab, "Saya Dewo, kekasih Renee."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN