Libra tiba di rumah pada sore hari. Dia menghempas kasar tubuhnya ke sofa yang ada di ruang tengah. Berkas perceraian ia taruh di samping duduknya. Ada ibunya yang juga duduk di sana, berseberangan dengan Libra.
"Kamu seperti tampak lelah sekali. Apakah terjadi sesuatu padamu?" Sang ibu khawatir mengingat kejadian buruk sebelumnya yang menimpa Libra.
Ibunya ini pernah menyarankan pada Libra untuk melaporkan Virgo saja pada aparat kepolisian agar pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. Namun ditolak mentah-mentah oleh Libra. Alasannya dengan melaporkan itu tak akan selesai hanya dengan melaporkan saja banyak konsekuensi yang harus ditanggungnya termasuk nama baiknya juga karirnya pastinya akan terancam. Terlebih harga dirinya sebagai seorang wanita terasa tak dihargai, diinjak-injak di titik terendah.
"Damar Bu. Dia kembali berulah." Libra menunjukkan berkas perceraian yang kemudian dilihat ibunya.
Tentu sang ibu ikut hancur melihat surat perceraian di tangannya. Damar tak hanya menyakiti Libra tapi juga menyakiti dirinya. Kenapa pria yang menurut dia baik itu rupanya tidak sebaik yang dia kira? "Apakah dia tak bisa lagi menarik perceraian ini? Sangat disayangkan sekali bila perceraian ini terjadi."
Libra menggeleng. "Bila Damar sudah mengambil keputusan tak akan bisa diganggu gugat lagi. Ibu tahu itu. Dalam masalah ini dia juga tak memaafkanku. Malahan dia tak mau mendengarkan penjelasan dariku. Semua penjelasanku ditolaknya. Hanya argumen darinya saja yang benar yang menyatakan bila aku ada affair dengan Virgo di belakangnya selama ini. "
Ibunya Libra kembali dibuat terkejut oleh cerita putrinya ini. Damar kenapa egois sekali dan tak mau mendengar penjelasan dari Libra? Semua cerita ini membakar emosinya karena menempatkan Libra di titik nadir. "Harusnya dia mengerti dengan kondisimu bukan egois dan malah menjatuhkan talak padamu, pria macam apa dia?"
"Sudah, Bu. Semua sudah terjadi. Aku tak mau memohon atau menangis darah pada Damar, itu hanya akan merendahkan harga diriku saja. Untuk saat ini aku hanya ingin menata hidup baru lagi. Aku akan segera tanda tangani berkas perceraian itu."
Sang ibu hanya tertunduk lesu menyimpan luka untuk Libra di hati tanpa bisa berbuat apa-apa. Kejadian ini menoreh luka yang teramat sangat dalam pada putrinya. Ia tak mau memeperparah keadaan. Untuk mengalihkan pembicaraan wanita paruh baya yang masih cantik ini menyalakan televisi.
Saat ini channel yang sedang tayang adalah infotainment gosip berita selebriti.
"Hari ini ada berita menggemparkan yang sangat mengejutkan dan semua pasti tak menyangka. Berita ini datang dari selebritas muda cantik kita, Libra Amarilis Zea. Setelah melangsungkan pesta pernikahan mewah dengan CEO muda Damar Fabian. Diduga hubungan mereka tidak baik-baik saja setelah pernikahan. Berembus kabar bahwa pernikahan mereka retak karena orang ketiga dan dipastikan pernikahan mereka akan berakhir dalam waktu dekat ini. "
Baik Libra maupun ibunya tersentak kaget dengan tayangan berita tersebut. Bagaimana berita itu bisa tayang tanpa dasar yang jelas?
Libra meremas ujung bajunya dengan Jengah. "Para reporter sialan itu ... hanya dengan kedatangan asisten Damar ke lokasi sudah berani menyiarkan berita yang belum tentu diketahui kebenarannya! Sial!" Libra yang kesal mengambil remote yang ada di meja dekatnya duduk lalu mematikan tayangan tersebut.
Libra kembali terbakar emosi. Dia yakin tadi reporter sudah pergi dan tak meliput dirinya lagi tapi kenapa masih bisa tayang beritanya? Ia curiga masalahnya tak sesimpel ini. Ia curiga ada seseorang di baliknya. Damar pasti yang melakukan ini dengan sengaja. Ia yakin itu. Pria macan Damar pasti tak akan tinggal diam, dia pasti akan menuntut balas padanya.
"Sekarang aku harus bagaimana, Bu? Aku harus menghadapi pers setelah ini. Berat sekali rasanya masalah yang menimpaku ini seakan tak pernah ada akhirnya." Libra tertunduk dengan desauan
panjang napasnya. Rasanya masalah tak henti bertubi-tubi datang menyapanya. Urusannya dengan Damar belum selesai, urusannya dengan Virgo juga belum ada penyelesaian. Sekarang dia harus berhadapan dengan media. Setelah beritanya tayang pasti nanti akan banyak reporter yang memburunya. Rasanya bila bisa dia ingin mengecilkan ukuran tubuh kemudian menghilang tanpa diketahui banyak orang.
***
Di lokasi syuting di luar kantor, di sebuah bukit hijau yang jauh dari pemukiman warga. Di tempat ini biasanya sering diadakan syuting untuk pembuatan film. Bahkan dibangun beberapa titik untuk rekaman film berbeda. Tetapi terkadang lokasi syuting juga pindah ke tempat lain, tergantung pada naskah.
Terlihat di sana produser juga para artis pendukung, kejar tayang untuk pembuatan film stripping sedang merekam adegan syuting. Peralatan syuting tertata di satu titik. Sementara beberapa artis masih merekam adegan, beberapa lainnya menghafalkan dialog, sisanya menunggu giliran syuting.
"Cut! Ulang lagi part barusan. Di adegan ini kamu harus menampakkan kesedihan mendalam setelah kematian kedua orang tua kamu. Tumpahkan air mata sebanyak mungkin." Virgo memberikan saran dari pengeras suara.
"Ya, Pak Virgo. Aku mau minum dulu sebelum take adegan berikutnya."
"Silakan. Benarkan make up nya juga karena sudah sedikit luntur." Virgo menaruh kembali pengeras suara setelah dipakai.
Artis yang sedang syuting tersebut kemudian menuju ke ruang rias untuk membetulkan riasan sembari break sepuluh menit. Virgo sering memberikan waktu break untuk mereka semua. Dia memberikan waktu sepuluh sampai lima belas menit untuk mengulang adegan salah agar lebih sempurna daripada sebelumnya. Dalam waktu yang ditentukan tersebut, harapannnya artis tersebut akan lebih mendalami perannya setelah koreksi berarti.
Crew Virgo yang ada di lokasi ikut break sejenak. Satu personil datang dengan membawa satu kardus berisikan air mineral yang kemudian dibagikan pada crew termasuk Virgo.
"Ini untukmu produser."
"Terima kasih." Virgo menerima sebotol air mineral yang kemudian langsung tandas di tangannya. Cuaca di luar saat ini memang membuat para crew berkeringat dan mengharuskan mereka lebih banyak minum air mineral daripada dehidrasi.
Selesai minum Virgo membuang botol kosong ke tong sampah yang ada di dekatnya. Sejenak ia susun punggungnya dengan nyaman bersandar ke kursi sembari menunggu artis kembali.
Salah satu crew yang berdiri di dekat Virgo membuka ponsel kemudian melihat berita yang sedang heboh di internet. " Astaga! Ada model dari grup kita yang terjerat skandal. Ck! Bisa-bisanya dia sudah mendapatkan hati seorang CEO malah mengkhianatinya dengan pria lain di luar sana. Mungkin tak hanya pernikahannya saja yang akan hancur tapi karirnya juga."
Virgo yang mendengar itu penasaran. "Model siapa yang kamu maksud?" Ia berharap itu bukan Libra, karena ceritanya mirip sekali dan apa yang terjadi tadi pagi pada Libra.
"Ini. Libra. Dia kembali mengguncang dunia dengan berita perceraian. Model zaman now suka mencari sensasi untuk mendongkrak karirnya. Apa dia pikir pernikahan hanya sebuah mainan dan alat untuk popularitasnya saja?"
Virgo tak berkomentar dan langsung menarik ponsel rekannya itu untuk melihat sendiri tayangan berita di sana. Dari tayangan berita yang didengar Virgo, berita itu diambil dari satu sudut yang menyudutkan posisi Libra sebagai pihak yang bersalah, menggunakan keadaan yang ada untuk meraih popularitas setinggi mungkin, memanfaatkan Damar demi kepentingannya sendiri.
Virgo mengembalikan ponsel tersebut pada rekannya. Bukan seperti itu yang terjadi sebenarnya. Tapi berita berkata sebaliknya, memutar balikan fakta yang ada. Di sini Libra sebagai korban tapi terlalu disudutkan hingga tampak bersalah dan hina sekali. Tentu ini karena dirinya lah Libra berakhir dalam keadaan seperti ini.
Libra ... ini karena aku. Maafkan bila aku menempatkanmu di posisi sulit seperti ini. Aku akan atasi ini. Berita ini pasti ulah Damar. Aku yakin dia yang meminta reporter menayangkan berita tersebut padahal tadi aku sudah mengusir mereka pergi. Dia benar-benar memanfaatkan kekuasaannya!
Sepuluh menit kemudian artis yang break syuting kembali ke tempatnya. Pengambilan adegan kembali dilakukan. Terlihat muka Virgo jengah saat mengambil adegan syuting. Bukan karena artis tak bisa memerankan perannya dengan baik tapi pikirannya masih tertuju pada Damar.
"Cut! Adegan barusan masih kurang sempurna. Karena waktunya sudah sore dan tak mungkin lagi diadakan syuting, maka kita lanjutkan syuting esok hari.
Artis yang sedang syuting kemudian keluar dari lokasi syuting. Bisa dibilang syuting hari ini berakhir lebih cepat dari biasanya, lebih cepat satu jam. Entah ada apa sebenarnya Tapi suasana juga tidak mendung.
"Muka Pak Virgo menampilkan mendung pekat. Ada apa dengannya?" celetuk seorang artis.
"Entahlah, produser mungkin banyak kerjaan bukan mengurusi film kita saja, mungkin setelah ini dia ada syuting film lain. Sudahlah lebih baik kita berkemas saja lumayan bisa istirahat lebih awal."
Virgo dan crew kemudian berkemas mengambil dan memasukkan beberapa barang perlengkapan syuting ke mobil. Beberapa crew juga merasa aneh dengan jam syuting yang lebih singkat.
"Pak, kenapa acara syuting ini selesai lebih awal?"
"Aku ada urusan yang mau ku selesaikan secepatnya." Virgo menjawab tegas pertanyaan dari rekannya.
"Apa itu berurusan dengan artis kita?"
Virgo menggeleng. "Bukan, ini tak ada sangkut pautnya dengan artis di sini. Aku ada urusan dengan Damar." Sorot mata Virgo menajam.