Suasana duka masih menyelimuti Merlin bahkan saat ia telah kembali ke kediaman Farhan Abimanyu. Wanita itu berjalan dengan sedikit gontai, kedua matanya sembab dan bibirnya pucat. Benar-benar sebuah penampilan yang sangat berantakan. Kedatangan wanita itu disambut oleh Imelda yang berdiri sembari memegang tang pemotong dahan tanaman di tangan kanannya. Merlin mengedarkan pandangan ke sana, membalas tatapan Imelda yang saat ini juga tengah menatap dirinya. “Uhm, Merlin ... saya turut berduka cita atas meninggalnya ayah kamu.” Imelda berujar pelan. Ia mengetahui berita ini tadi pagi dari Raka. “Terima kasih, Nyonya.” Merlin menundukkan kepalanya. Suaranya sangat rendah, jelas sekali ia sedang tidak bersemangat sekarang. Usai mengucapkan kalimat belasungkawa, Imelda kembali melangkahkan ke