Sedari tadi Merlin sama sekali tak bisa memejamkan kedua matanya. Pikirannya berkeliling kesana kemari, memikirkan berbagai macam hal. Entah kapan persisnya, Merlin merasa jika ia mulai menyukai Raka. Ia tahu, tidak seharusnya ia merasakan perasaan seperti itu. Hal-hal yang menyangkut tentang cinta dan perasaan, sudah tertulis jelas di atas kertas perjanjian. Hal tersebut sangat pantang alias tidak boleh terjadi di antara kedua belah pihak. Jam di dinding sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Alih-alih tertidur dan menjelajahi alam mimpinya, Merlin malah menikmati tatapannya memandang wajah tampan Raka. Sungguh Merlin merasa sangat takjub dengan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna tersebut. Ah, ingin sekali telapak tangannya membelai lembut wajah yang tengah terlelap itu. Kenin