14 - Dijemput Lucas

1376 Kata
Ayu tengah sibuk mencari pakaian yang akan ia kenakan untuk malam nanti. Seisi lemari ia keluarkan, tapi sayangnya nihil. Tak ada pakaian yang layak ia pakai untuk malam nanti. "Aaarrggghh!" Ayu teriak frustasi. Dia terduduk lemas dengan pakaian yang sudah menggunung di sekitar dirinya. Shinta yang mendengar teriakan dari dalam kamar anaknya, langsung datang dengan tergopoh-gopoh. Dengan spatula yang ia genggam di tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya memegang serokan. "Kenapa?" tanya Shinta sambil membuka pintu kamar anak gadisnya. "Bun," rengek Ayu sambil menatap bundanya. Awalnya Ayu ingin membuat bundanya kaget, dengan Lucas yang tiba-tiba datang ke rumah. Tapi sepertinya rencana yang sudah ia buat gagal, karena kalau sudah begini otomatis Shinta akan tau. "Astaga, Ayu, apa-apaan ini?" pekik Shinta kala melihat kamar anaknya yang sudah kayak kapal pecah. Baju selemari di keluarkan semua, dan berserakan di mana-mana. Di kasur, di lantai, bahkan sampai di meja belajar. "Kamu lagi ngapain? Mau minggat dari rumah? Hah?" tanya Shinta kesal. Padahal sudah bukan anak kecil lagi, tapi kenapa anak gadisnya itu justru mengacak-acak lemari kayak begini? "Bun, tolongin Ayu," kata gadis itu sambil beringsut menghampiri Shinta dan memeluknya. "Jelasin dulu, kenapa baju-baju kamu berserakan di sini?" tanya Shinta geram. "Aku mau nyari baju buat nanti malem." "Malem?" tanya Shinta sambil menatap anak gadisnya. Memangnya anak gadisnya mau kemana malam-malam begitu? Ayu yang jarang banget keluar kalo siang hari, sekarang justru ribut nyari baju buat nanti malem. "Iya, buat nanti malem." Ayu mengangguk. "Emangnya kamu mau kemana nanti malem?" Ayu mesem-mesem sambil menaikan ujung kaos yang ia kenakan. "Astaga, kamu waras kan, Yu?" tanya Shinta sambil memegang kening anaknya. "Astaga Bunda jahat banget." "Ya kamu ditanyain malam mesem-mesem nggak jelas." Shinta menatap anaknya sekali lagi. "Kamu mau pergi ke mana? Sama siapa?" "Aku mau nonton, Bun. Sama A Lucas," jelas Ayu sambil mesem-mesem. Mendengar pengakuan Ayu Shinta justru tertawa terbahak-bahak. Aduh, menjadi seorang penulis justru membuat khayalan anak gadisnya semakin menjadi. Shinta jadi merasa prihatin, karena selama ini Ayu belum pernah berpacaran sama sekali. "Lho, kok Bunda malah ketawa?" Ayu heran, di bagian mananya yang lucu, sampai-sampai membuat bundanya terbahak-bahak begitu. "Aduh, Yu, kamu itu kalau ngayal jangan ketinggian. Nanti jatuh, kamu sendiri yang repot." "Bunda nggak percaya sama aku? Kalau nanti malam aku mau nonton sama A Lucas?" "Iya, lha. Lucas mana mau sama cewek pecicilan kayak kamu? Cewek yang nggak ada feminim-feminim nya." "Ih, aku serius, lho, Bun!" Ayu gemas sendiri. Gadis itu pun mengambil ponselnya dan memperlihatkan isi chattan nya dengan Lucas. Shinta membacanya dengan seksama, dan akhirnya wanita itu pun percaya juga kalau anaknya lagi nggak mengkhayal. "Terus, rencananya kamu mau pake baju apa?" tanya Shinta setelah kembali dari dapur, menyimpan spatula dan serokan. "Nggak tau, aku bingung, Bun," tutur Ayu. Shinta melihat-lihat pakai anak gadisnya, yang rata-rata semuanya hanyalah kaos oblong dan juga kolor. Nggak ada rok, hanya ada rok bekas sekolah saja. Apalagi dress, Shinta tak menemukannya sama sekali. "Ini baju-baju anak gadis apa punya bapak-bapak, ya?" sindir Shinta. "Kenapa isinya kaos sama kolor semua, dah?" "Makanya aku bingung, Bun. Masa iya aku pake baju kayak begini, sih? Yang ada nanti A Lucas malu," keluh Ayu sambil menjembrengkan baju yang sedang ia pakai. Shinta menatap jam yang menempel di dinding, masih pukul satu siang. Masih ada waktu untuk mencari baju yang akan dikenakan oleh anak gadisnya nanti. Bagaimana pun, ini adalah pertama kalinya bagi Ayu untuk jalan bersama laki-laki. Jadi, sebisa mungkin Shinta harus membuat anak gadisnya terlihat pangling dan membuat Lucas terpesona. "Siap-siap, kita pergi sekarang," kata Shinta sambil melepaskan apron yang ia pakai. Ayu menurut, gadis itu mengikuti Shinta dari belakang. Bertepatan dengan mereka yang keluar dari rumah, Kai sedang memanaskan motornya. Shinta yang berjiwa sosial tak bisa tinggal diam dan mengabaikan Kai yang sedang memanaskan motornya. "Kai, mau kemana?" tanya Shinta penasaran. "Ah, Kai mau nyamper ke butik, Tante," sahut Kai sopan. Ayu yang melihat perubahan sikap Kai hanya bisa mendengus kesal. Kenapa bocah tengil itu tak bisa bersikap sopan kepadanya juga, sih? "Oh, iya, ya. Bundanya Kai kan desainer." Shinta baru ingat, kalau tetangganya itu bekerja sebagai desainer yang cukup ternama. Sudah dapat dipastikan baju-baju yang dijualnya juga memiliki harga yang cukup wow. Tapi, nggak apa-apa lha. Sebanding dengan pencapaian Ayu, yang sudah mau main bersama dengan cowok. Bukannya Shinta tidak bermoral, tapi sikap Ayu yang sedikit unik justru membuatnya khawatir kalau tidak ada lelaki yang mau dengan anaknya itu. Dan berakhir dengan Ayu yang harus melajang seumur hidup. Shinta tau kalau kekhawatiran nya ini sangat berlebihan, tapi dia tak bisa diam saja dan menutup mata atas apa yang terjadi pada anaknya. "Ah, kebetulan tante lagi nyari dress." "Gaun buat siapa, Tan?" tanya Kai penasaran. "Buat Ayu." "Hah?" Kai melongo. Maaf, buat siapa, Tan?" tanya Kai sekali lagi kalau telinganya tidak salah dengar. "Buat Ayu, Kai." Kai menatap Ayu yang berdiri tak jauh dari mereka. Astaga, Ayu yang biasanya cuma pake kolor dan kaos, sekarang justru mau pake dress? Sebisa mungkin Kai menahan tawanya, bagaimanapun juga ada Shinta di sana. Kalau tidak ada, sudah pasti Kai akan ngakak sambil guling-guling. "Tumben banget Ayu mau pake dress. Mau kondangan ke mana?" tanya Kai tak bisa menyembunyikan rasa penasaran. Karena bagi dirinya amat sangat aneh, Ayu yang biasa berpakaian asal-asalan, sekarang mau berpenampilan rapih. "Sini, sini," titah Shinta pada Kai agar pemuda itu mau mendekat. "Apa, Tan?" tanya Kai penasaran. "Bukannya mau kondangan, tapi Ayu mau jalan sama Lucas. Anaknya pak RT, Kai tau Lucas, kan? Yang tinggi, ramah, dan ganteng itu, lho," bisik Shinta. Mendengar perkataan Shinta membuat wajah Kai seketika berubah drastis. Shinta pun menyadarinya, tapi dia tak ingin ambil pusing karena yang terpenting baginya saat ini adalah mencari dress yang akan dikenakan oleh anak gadisnya nanti. ***** Ayu tengah duduk dengan perasaan yang tak karuan. Padahal kipas angin sudah diarahkan kepadanya, tapi tetap saja keringat terus mengucur dengan sangat deras. "Ayu gugup, ya?" tanya Katty sambil terus memoles wajah Ayu agar pangling. "A - ah, sedikit, Tan." "Tenang, serahkan semuanya ke tante. Karena malam ini, kamu akan menjadi wanita yang paling cantik di sana!" ucap Katty penuh semangat. Ayu hanya tersenyum, duduk dengan tenang sambil memejamkan matanya. Menyerahkan urusan merias wajah pada ahlinya. Beruntungnya pekerjaan Katty selesai dengan cepat, sehingga dia bisa membantu Ayu untuk bersiap-siap untuk pergi kencan. Ah, apakah ini bisa dianggap sebagai kencan? Ayu tal boleh berharap lebih. Terlebih saat mengetahui, kalau Lucas mendapatkan tiketnya secara gratis dari temannya. Harusnya dia tak perlu heboh begini, ya? Tinggal pake celana training dan hodie juga sepertinya cukup. Tapi, tidak ada salahnya jika dia bersikap begini, kan? "Nah, udah selesai!" kata Katty sambil berkacak pinggang, melihat kreasi tangannya. Ayu membuka matanya, dan melihat pantulan dirinya dari cermin. Seketika wajahnya menganga, tangannya terulur untuk menyentuh wajahnya sudah di rias oleh Katty. "I - ini aku, Tan?" tanya Ayu tak percaya. "Iya. Gimana, cantik, kan?" "Iya, cantik, Tan." Ayu tersenyum dengan bahagia. Dress floral berwarna biru, membungkus tubuh Ayu deng sempurna. Rambut yang sudah di tata sedemikian rupa, dan make-up tipis yang menghiasi wajahnya membuat Ayu terlihat sangat cantik dan pangling. "Yu, Lucas udah dateng," kata Shinta sambil membuka pintu kamar anak gadisnya. Mata Shinta seketika membulat saat melihat Ayu yang sudah terlihat sangat cantik. Shinta buru-buru mengambil ponselnya, dan mengajak Ayu selfie. Tak lupa Katty juga diajak untuk selfie. "Nah, ayo buruan keluar. Kasian Lucas udah nunggu dari tadi." Ayu pun keluar dari kamar, di sana sudah ada Lucas dan juga Kai. Kedua pandangan lelaki itu langsung tertuju pada Ayu, yang terlihat sangat berbeda malam ini. Baik Kai maupun Lucas, keduanya terpesona pada kecantikan Ayu. "Ah, kalau gitu saya dan Ayu pamit undur diri dulu, Tante," kata Lucas sopan. "Ya udah, hati-hati, ya. Tante titip Ayu, Nak Lucas." "Iya, Tante. Saya akan memulangkan Ayu di bawah jam sepuluh." "Kalau di bawah jam sepuluh, berarti sekarang juga udah bisa di pulangin, dong?" tanya Kai sambil menatap Lucas yang sudah berdiri. "Kai!" omel Katty sambil menghampiri anak bujang nya yang berulah. "Maafin Kai, Nak Lucas. Biasalah, anak ini kalau udah ngantuk suka begini," kata Katty sambil mencubit lengan Kai. "Bunda!" rengek Kai tak terima. "Nah, ayo kita pergi sekarang, Yu. Sebelum hari semakin malam," ajak Lucas sambil mengulurkan tangannya. Deng malu-malu Ayu menerima uluran tangan Lucas. Mereka berdua masuk ke dalam mobil, dan mobil pun malaju pergi menjauh dari pandangan mata Kai.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN