Ayu menatap ponselnya, di mana ada chat masuk dari Lucas yang mampu membuat jantungnya berdebar-debar. Tapi, ini bukan saat yang tepat bagi Ayu untuk berdebar seperti ini. Dia harus menanyakan pada Shinta, alasan kenapa ayahnya tiba-tiba pulang dan membawa tas.
Sebenarnya Ayu tak ingin ikut campur terlalu jauh akan perihal rumah tangga orang tuanya. Tapi, untuk kali ini saja dia ingin mengetahui sebenarnya apa yang terjadi di antara bunda dan ayahnya. Bukannya Ayu tak peduli, Ayu juga pernah beberapa kali bertanya akan rumah tangga bundanya dengan ayahnya. Tapi jawaban yang bundanya berikan membuat Ayu harus menahan diri agar tak terlalu kepo. Katanya itu urusan orang dewasa, begitu.
"Bun," panggil Ayu hati-hati. Kalau menyangkut soal ayahnya, biasa bunda suka agak sensi.
"Kenapa?" sahut Shinta sambil mengiris bawang merah.
Ayu justru terdiam, wanita itu jadi ragu. Apakah dia harus bertanya, atau tidak. Ayu terdiam cukup lama, sampai akhirnya Shinta duluan yang berbicara.
"Kenapa? Kamu mau tanya alasan kepulangan ayah kamu?" tebak Shinta.
"B - bunda tau?" Ayu jadi gelagapan sendiri, panik karena Shinta tau apa yang hendak ia tanyakan.
"Tau, lha. Kan ayah kamu sendiri yang bilang, katanya abis pulang terus ketemu sama kamu." Begitu kata Shinta, sambil terus mengiris bawang merah, hendak dibuat bawang goreng untuk taburan dalam masakan. Karena anak gadisnya doyan banget sama bawang goreng.
Ayu terdiam, gadis itu memainkan jari jemarinya. Rasanya Ayu tak perlu tau urusan rumah tangga kedua orang tuanya, karena itu adalah zona orang-orang dewasa, di mana dia tidak bisa seenak udel untuk ikut campur.
"Kalau ada yang mau ditanyain, tanyain aja. Jangan dipendem sendiri, ga baik," kata Shinta tau apa yang ada di dalam benak anaknya.
"Kalau gitu, kenapa bunda sama ayah pisah rumah kayak gini?" tanya Ayu dengan suara bergetar. "Ayah bilang, kalau semua ini gara-gara Ayu," imbuh wanita itu sambil menahan air matanya.
Shinta yang sedari tadi mengiris bawang merah, langsung menghentikan kegiatannya dan menatap anak gadisnya.
"Bukan, alasan bunda dan ayah pisah rumah bukan gara-gara kamu, Yu." Shinta memeluk Ayu yang sudah tak karuan. Sepertinya sebentar lagi wanita itu akan menangis.
"Terus, kalau gitu gara-gara kalau bukan karna aku, Bun?" tanya Ayu dengan air mata yang sudah bercucuran.
"Nanti .... " Shinta memeluk Ayu. "Nanti akan bunda ceritakan semuanya, tapi bukan sekarang. Kamu mau nunggu, kan?" tanya Shinta lembut.
Ibu dan anak itu berpelukan sambil menangis. Shinta memeluk anak gadisnya dengan lembut. Bukan karena Ayu, yang membuat hubungannya dengan Fauzi seperti ini. Tapi ini semua murni, kesalahannya yang selalu menolak permintaan semuanya.
Bukan tanpa alasan Shinta seperti ini. Dia hanya tidak ingin kalau Fauzi mengatur kehidupan Ayu. Mulai dari sekolah, jurusan yang harus Ayu ambil, pekerjaan yang harus Ayu lakukan, dan menikah dengan siapa. Fauzi sudah merancang kehidupan sedemikian rupa untuk anak perempuannya.
Tapi Shinta justru menolaknya, dan menentang keras atas apa yang sudah direncanakan oleh Fauzi. Bagi Shinta, apapun boleh Ayu lakukan selagi apa yang dilakukan oleh anak itu baik dan tidak merugikan orang lain, tidak masalah dan Shinta tidak akan melarangnya.
Karena inilah, Fauzi pergi dari rumah dan memboyong kedua anak laki-laki bersamanya. Shinta pun sudah menentangnya, tapi bagaimana, ya? Fauzi adalah orang yang keras kepala yang tidak suka dibantah. Apalagi Shinta sudah banyak membantah mengenai anak gadisnya.
Beruntungnya, kedua adiknya Ayu memiliki otak yang cukup encer dan apa yang disuruh oleh ayahnya tidak bertentangan dengan mereka, sehingga mereka baik-baik saja dan tidak tertekan sama sekali.
****
Ayu sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia sudah menyelesaikan pekerjaannya, dan saat ini waktunya istirahat sambil rebahan dan main ponsel. Wajahnya mesem-mesem, karena saat ini dia sedang chattingan dengan Lucas.
Adududu
Mimpi apa semalam coba? Bisa chattan begini sama Lucas? Ayu tidak menyangka, kalau dia bisa mendapatkan nomor Lucas dengan cara seperti ini. Ayu tersadar, kalau pertemuannya dengan Fauzi tadi tidak sepenuhnya buruk.
Tuhan itu baik.
Menghadirkan pelangi setelah hujan. Dan Ayu merasakannya saat ini. Setelah merasa sesak karena ayahnya, Lucas justru memberikan angin segar untuk Ayu rasakan. Dan Ayu benar-benar bersyukur, atas kebaikan yang sudah Tuhan berikan untuknya.
A Lucas : "Kamu belum ngantuk, Yu?"
Ayu kembali mesem-mesem saat membaca balasan yang Lucas berikan.
Ayu : "Belum, A. A Lucas udah ngantuk?"
Tak butuh waktu lama Lucas langsung membalas pesan yang Ayu kirim. Benar-benar fast respon! Apakah Lucas sedang senggang? Yah, pasti Lucas sedang senggang. Karena tidak mungkin lelaki itu sibuk terus selama seharian.
A Lucas : "Belum, Yu. Kamu lagi apa?"
Ayu : "Lagi rebahan, A."
A Lucas : "Sabtu nanti senggang?"
Ayu terdiam sejenak, gadis itu menatap layar ponselnya lamat-lamat. Serius nih dia ga salah baca?
"Apa mungkin A Lucas mau ngajak jalan?" gumamnya sambil kembali membaca pesan yang dikirim oleh Lucas.
A Lucas : "Kamu udah bobo?"
Ayu buru-buru membalas chat dari Lucas. Dia tak ingin kegeeran dulu, dengan beranggapan kalau Lucas mau mengajaknya jalan.
Ayu : "Belum, A. Aku tadi abis dari kamar mandi." Ayu berbohong. Tidak mungkin juga dia berbicara terus terang, kalau tadi dia abis ngayal dulu.
A Lucas : "Jadi gimana? Sabtu kamu senggang, nggak?"
Ayu : "Aku mah tiap hari juga senggang, A."
A Lucas : "Kalo gitu, mau nonton sama aku? Kebetulan dikasih tiket nonton buat Sabtu nanti. Mau?"
Mata Ayu seketika membulat, dan memeluk gulingnya dengan erat. Tubuhnya ia gulingkan ke kanan dan ke kiri karena saking senangnya. Tak ingin buru-buru senang, takutnya malah kena PHP.
Ayu : "Emangnya nggak ada temen yang bisa Aa ajak buat nonton?"
Biasalah, jual mahal dulu. Nggak mungkin juga Ayu langsung menerima ajakan Lucas. Meski pada detik berikutnya Ayu merutuki kebodohannya, karena bisa saja setelah ini Lucas berubah pikiran dan malah membawa temannya yang lain, bukan dirinya.
Ayu memejamkan matanya, sambil berharap kalau Lucas akan pergi bersamanya, bukan dengan orang lain. Ponselnya bergetar, hatinya juga malah was-was akan jawaban yang akan diberikan oleh Lucas.
A Lucas : "Nggak ada, Yu. Jadi gimana, mau pergi atau nggak?"
"Kyaaaaa! Asikkkk!" teriak Ayu saking senangnya karena akhirnya dia bisa jalan bareng sama Lucas juga!
"Ayu, nggak usah teriak-teriak. Ini udah malem, orang-orang udah mau pada istirahat," omel Shinta.
"Iya, Bun. Maaf," kata Ayu sambil menahan rasa girangnya.
Dengan cepat Ayu langsung membalas pesan dari Lucas, memberikan jawaban atas ajakan yang Lucas berikan.
Ayu : "Begitu, ya. Ya udah, kalau gitu aku mau."
A Lucas : "Oke, nanti aku jemput ke rumah, ya. Sekalian minta ijin ke bunda kamu."
Chatting di antara mereka sudah selesai, dengan kesimpulan mereka akan pergi nonton dan nanti Lucas akan menjemput dirinya ke rumah.
Sekali lagi Ayu menampilkan senyum bahagianya. Karena akhirnya apa yang Ayu impikan perlahan menjadi nyata. Ayu tau kalau dia tak seharusnya berharap lebih dari ini. Tapi, tidak apa-apa bukan jika kali ini dia berangan-angan, kalau hubungannya dengan Lucas akan membuat sebuah kemajuan yang cukup besar? Atau, Ayu harus justru harus mengubur mimpinya bahkan di saat mimpi itu baru saja hadir?
Ah, sudahlah. Ayu tinggal menjalaninya saja, kan? Kalau jodoh, ya nyampe pelaminan kalau nggak ya mau gimana lagi, kan? Iya, Ayu sudah cukup dewasa untuk menyikapi tentang permasalahan asmara.