10 - Ga Normal

1091 Kata
Kai terkekeh melihat Ayu yang tampak amat sangat kesal. Rasanya Kai mendapat hiburan baru. Matanya terus menatap wanita yang ada di hadapannya. Penampakan Ayu saat ini bisa dikatakan jauh dari kata rapih. Bahkan jika dilihat melalui sedotan limun dari Monas pun akan terlihat dengan jelas, kalau wanita itu baru bangun tidur. Belum sempat cuci muka atau pun kumur-kumur dulu. Alih-alih merasa ilfil atau jijikk, Kai justru merasa biasa saja. Malahan dia jadi gemas sendiri. Kenapa, ya? Padahal Kai itu orang yang paling demen sama yang namanya kebersihan dan mementingkan kerapihan. Berbanding terbalik dengan Ayu, wanita yang menurut Kai jauh dari kata rapih dan bersih "Mau ngapain Lo?" tanya Ayu sengit. Geram sendiri karena merasa di prank sama bocah bau kencur. "Gue?" Kain menunjuk ke arah dirinya sendiri. "Bukan! Tapi pohon pisang yang ada di sana!" ketus Ayu sambil memajukan bibirnya karena gemas sendiri. Kai terkekeh melihat Ayu yang sudah kesal setengah mati. Tangan Kai terulur begitu saja, menarik bibir Ayu yang sedari tadi terus manyun. "Astaga, ini bibir perasaan monyong terus, deh!" ujar Kai gemas. "Minta banget buat ditarik," imbuh pemuda itu. "Diem!" Ayu menepis tangan Kai. "Mau ngapain ke sini?" Sekali lagi Ayu menanyakan pertanyaan yang sama. "Mau mastiin aja, Lo udah bangun apa belum." Ayu mengepalkan tangannya erat-erat, gemas sekali rasanya! Apakah bocah yang ada di hadapannya itu nggak ada kerjaan sama sekali? Perasaan hampir setiap hari Kai terus mengganggu dirinya. "Pulang sana, gue sibuk," ucap Ayu hendak menutup pintu rumahnya. "Ya udah kalo gitu, hodie nya buat gue aja, ya." Mendengar kata hodie keluar dari mulut Kai, membuat Ayu kembali mengurungkan niatnya yang hendak menutup pintu rumah. Mata Ayu tertuju pada benda yang sedang di pegang oleh Kai. "Buat gue, ya?" pinta Kai tanpa tau mau. "Enak aja, nggak mau!" tolak Ayu dengan cepat. "Ya udah, ajak gue masuk atau hodie ini buat gue?" ancam Kai. "Oh iya, kira-kira kalau foto yang kemarin dikirim ke anaknya Pak RT, reaksinya gimana, ya?" imbuh Kai. Belum sempat juga Ayu menjawab, Kai sudah kembali mengancamnya. Kai bahkan tak memberikan kesempatan kepada Ayu bahkan untuk sekedar menolak. **** Kai menatap Ayu yang terlihat sedang fokus menulis. Pada akhirnya Ayu dengan amat sangat terpaksa membiarkan Kai masuk, setelah diancam kemudian pemuda itu merengek layaknya anak kecil. Awalnya Ayu tak peduli dengan ancaman yang Kai berikan, tapi hatinya luluh juga saat merasa kalau Kai dan dirinya memiliki persamaan. Ayu yang sibuk mengetik, dan Kai yang sibuk baca komik sambil sesekali curi-curi pandang ke arah Ayu. Semilir angin yang berhembus masuk ke dalam kamar melalui jendela, membuat mata Kai terasa berat. Apalagi cuaca kala itu cukup teduh, ditambah lagi semalam dia tidur hampir dini hari dan bangun pagi-pagi karena ada ulangan fisika. Tanpa Kai sadari, dia perlahan-lahan mulai menyelami alam mimpi. Kamar Ayu benar-benar membuatnya nyaman, berbanding terbalik dengan kamarnya yang terasa sangat sesak. Entah karena faktor apa, yang pasti Kai kurang suka jika berada di kamar sendirian. Tidak. Lebih tepatnya dia tidak suka berada di rumah sendirian. Kesepian? Oh tentu saja. Kai merasa amat sangat kesepian. Dia tak punya teman yang bisa dia jadikan tempat untuk bercerita, tak punya teman untuk ia ajak main. Karena pekerjaan orang tuanya yang membuat Kai sedikit enggan untuk berteman dengan orang lain. Tapi anehnya hal itu justru tidak berlaku untuk Ayu, wanita yang sudah menuduhnya sebagai kang palak. Alih-alih merasa risih, Kai justru ingin terus berada dekat dengan Ayu. Mata Kai terpejam sepenuhnya, kala mendengar Ayu bersenandung. Seperti di nina bobo kan, Kai langsung tertidur dengan sangat pulas. Bahkan pemuda itu sampai mendengkur, dan dengkuran halusnya sampai terdengar di telinga Ayu. Gadis itu menoleh, ke arah Kai yang sudah tertidur dengan sangat lelap. Harusnya Ayu marah ketika melihat orang lain tertidur dengan sangat pulas di atas kasurnya, karena menurut Ayu kasur dan kamarnya adalah tempat yang tidak boleh di jamah oleh orang selain dirinya. Normalnya, Ayu akan langsung membangunkan bahkan mengusir orang yang sudah berani masuk ke dalam kamarnya. Bahkan dia sering adu mulut dengan adik-adiknya karena yang sering keluar masuk kamar Ayu seenak udel mereka. "Astaga, enak banget ya tidur di kamar orang lain," gumam Ayu sambil menatap Kai yang sudah tertidur pulas. Tak bisa dipungkiri, jika Kai memiliki paras yang cukup - ah tidak. Bukan cukup lagi, tapi emang beneran punya wajah yang amat sangat rupawan. Ayu tau kalau Kai menuruni ketampanan dari papanya, dan bundanya juga emang cantik banget. Jadi nggak heran kalau si Kai jadi setampan itu. Perlahan-lahan Ayu mendekat ke arah Kai, hendak mengambil komik yang tadi dibaca oleh Kai. Sebisa mungkin Ayu mengambil komik yang ada di genggaman Kai dengan perlahan, agar tak membangunkan pemuda itu. Karena Ayu tau, kalau Kai baru tidur sebentar padahal tidurnya tadi dini hari. Pagi-pagi pemuda itu sudah harus bangun, karena harus menunaikan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Bagaimana Ayu tau? Tentu saja wanita itu tau dari bundanya, yang terus membandingkan dirinya dengan Kai yang katanya sudah bangun sejak pagi tadi. Tapi pergerakan yang Ayu lakukan, justru membangunkan Kai yang sudah terlelap tidur. Mata pemuda itu menatap Ayu yang sedang menatap ke arahnya. Tangan gadis itu menggenggam komik yang masih digenggaman oleh Kai. "Kenapa? Gue ganteng, ya?" tanya Kai sambil menatap Ayu yang sedang menatap ke arahnya. "Idih geer banget!" sentak Ayu sambil menarik komik yang masih ada di dalam genggaman tangan Kai. Kai terkekeh kala mendengar ucapan Ayu. Lelaki itu kemudian duduk dan berjalan ke arah pintu, seraya berkata "gue pulang dulu, ya. Lapar soalnya." "Kenapa nggak makan di sini aja?" Tiba-tiba saja mulut sialnyaa Ayu melontarkan sebuah ajakan, yang membuatnya geram sendiri. Kok bisa-bisanya mulutnya itu ngomong begitu, sih? Tanpa persetujuan dari dirinya pula. "Kenapa? Lo masih kangen sama gue?" tanya Kai asal. "Ih, bukan gitu!" sentak Ayu gemas sendiri, karena tingkat kepercayaan diri milik Kai sangat kuat biasa gede. "Terus gimana?" Kai akhirnya bertanya dengan lembut. "Ya kasian aja gitu, Lo di rumah sendiri. Harus nyiapin makan sendiri, abis itu makannya juga sendiri, udah macam duda aja serba sendirian. Kalo di sini kan setidaknya Lo makannya ada temennya," ujar Ayu yang tiba-tiba baik. Sejenak Kai menatap Ayu dengan tajam, kemudian seulas senyuman terukir di wajah tampannya. Normalnya setiap wanita yang melihat Kai tersenyum akan langsung klepek-klepek, pada teriak-teriak kayak orang kesurupan, meleleh, dan sebagainya. Tapi entah kenapa Ayu justru malah ngeri sendiri melihat Kai yang tiba-tiba senyum begitu. "Dih, kenapa senyum kayak gitu woy? Ngeri tau!" teriak Ayu. "Astaga, Lo ga normal banget deh!" cibir Kai. "Orang-orang justru pada pengen liat senyuman manis gue, Lo harusnya bersyukur bisa liat senyuman ini. Lha ini malah ngeri! Dasar ga normal!" Sekali lagi Kai mencibir Ayu dengan gemas.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN