Tamu yang hadir hari itu tidak ada yang tahu apa yang dibicarakan Althaf dan Kinanti. Mereka semua sibuk dengan urusannya masing-masing. Sekalipun ada orang yang memperhatikan dari jauh, mereka berdua tetap terlihat baik-baik saja. Walau sebenarnya saat ini Kinanti berusaha meredam emosi di dadanya, karena perkataan Althaf. Untuk sekedar membalas tatapannya saja Kinanti tak berani, apalagi membalas perkataan yang teramat menyedihkan yang lelaki ini ucapkan beberapa saat yang lalu. Kinanti yakin masih akan ada lagi kalimat menyakitkan lainnya yang akan ia dengar dari mulut orang yang terus terang masih ia cintai sekaligus ia juga teramat dirindukan. “Paling tidak aku bersyukur, Tuhan mempertemukan aku dengan wanita sebaik Aida. Dia menerima aku apa adanya. Tanpa memandang berapa banyak