Arloji sudah menunjukkan pukul satu siang, ketika berulang kali Althaf menatap pergelangan tangannya. Hari ini Althaf akan menemani istrinya bertemu keluarga Ayah Heryawan. Kemarin mertuanya memberi kabar mengundang mereka berdua bertemu di sebuah rumah makan yang terletak di perbatasan kota Jakarta. “Sayang, kamu sudah siap?” tanyanya, ketika tak ada tanda-tanda Kinanti keluar dari kamar. Padahal sudah setengah jam berlalu. Dan benar, ketika ia menyusul ke dalam kamar, ternyata istrinya sedang melamun di depan meja rias. “Kamu kenapa?” Althaf menghampiri istrinya dan tatapan keduanya bertemu di cermin hias. Kinanti menghela napas. “Apa sebaiknya kita batalkan saja bertemu dengan mereka?” “Kenapa harus dibatalkan?” Althaf tak mengerti, bukankah semalam mereka sudah sepakat