PART 9 - DUKA DAN LUKA.

1163 Kata
Ia melihat kekasih hatinya sedang memeluk seorang wanita dari arah belakang, dan mereka membelakangi posisi Kinanti saat ini. Ia yakin itu bukan Linda, karena posisi Haidar menyampirkan dagunya ke bahu wanita itu terlihat mesra. “Bagaimana dengan kamarnya? Kamu suka juga?” tanya Haidar. Kinanti menutup mulutnya, sementara gemuruh dalam dadanya terasa kencang. Antara percaya dan tidak, melihat pemandangan didepannya. Tunangannya kini sedang bermesraan dengan wanita lain? Lalu air mata Kinanti menetes saat melihat Haidar mengecup pipi wanita itu dari belakang. Kinanti tak ingin lagi melanjutkan apapun yang ia ingin ketahui. Ini saja sudah meruntuhkan air matanya. Ia mundur perlahan sebelum berbalik pergi. Hari ini dua kali hatinya terluka, dilukai oleh dua laki-laki yang ia cintai. Ayah dan kekasih hatinya. Dengan hati hancur, Kinanti berlari keluar dari rumah Haidar. Hampir ia tertabrak mobil yang mendadak muncul dari depan rumah kekasihnya. Suara klakson terdengar keras dan sorot lampu depan mobil menyorot tepat diwajah Kinanti, hingga gadis itu menutup wajahnya. Setelah memastikan lampu yang menyorot itu padam, Kinanti menurunkan telapak tangan dari wajahnya. Kinanti melihat sekilas ke arah pengemudi sebelum berbalik lari menjauh dari rumah itu. Kaca mobil itu gelap, hingga ia tidak bisa melihat seperti apa wajah pengemudi yang hampir menabraknya, yang pasti ia duga orang itu kesal, hingga membunyikan klakson begitu nyaring. Mungkin pengemudi mobil itu juga terkejut karena hampir menabrak orang yang tiba-tiba berlari didepan mobilnya. Malam itu Kinanti berlari dalam gelapnya malam sambil membawa duka dan luka hatinya. Hingga ia lelah dan berhenti di taman dan kembali menumpahkan tangisnya. Haidar tunangannya ternyata berselingkuh dibelakangnya, bahkan membawa perempuan itu masuk kedalam rumah yang seharusnya akan mereka tempati. Padahal pernikahan mereka tinggal hitungan bulan saja. Atau memang selama ini, Haidar membohongi dirinya dengan mengatakan sering tugas keluar kota? Atau mereka memang melakukannya diluar kota? Karena saat berada didekatnya Haidar sosok kekasih yang baik dalam perkataan maupun perbuatan, sosok lelaki yang santun dan selalu menunjukkan cinta yang dalam dan tulus kehadapan Kinanti. Kinanti masih sesegukkan, ia bingung harus kemana mengadu malam ini. Bunda … kenapa harus seperti ini? Sakit Bunda. Kinanti memukul dadanya untuk mengurangi sakit yang membelenggu tubuh dan hatinya. Bahunya bahkan berguncang ditengahnya malam. Jika hanya Ayahnya saja yang membuatnya menangis, Kinanti berharap bisa mengadu pada kekasihnya. Namun kini ia tertampar kenyataan, jika kekasihnya pun menghianati cintanya. Kenapa harus beruntun kesedihan yang ia terima malam ini. “Nak, kamu tidak apa-apa?” Kinanti menghentikan tangisnya ketika kedua telinganya mendengar seseorang menyapanya. Dihadapannya berdiri sesosok tubuh berbalut gamis dan hijab membingkai wajah, sosok wanita seusia Bunda. Kinanti bahkan harus mengerjapkan matanya, karena hampir melihat wajah Bunda yang berdiri dihadapannya. Ternyata bukan, dia bukan Bunda. Mengingat kembali Bunda membuat air mata Kinanti menetes dipipi, dan itu tak luput dari penglihatan wanita bergamis itu. “Kamu baik-baik saja?” tanya wanita bergamis itu dengan prihatin. Menemukan sesosok gadis di taman sepi malam begini dan tengah menangis, sungguh pemandangan yang memilukan. “Boleh, aku peluk ibu? Ibu mengingatkan aku akan Bunda?” Mungkin permintaan itu terdengar aneh, namun wanita bergamis itu justru menganggukkan kepalanya, dan saat ia merentangkan tangannya, Kinanti benar-benar merangkul tubuhnya dan terisak disana. Wanita bergamis itu tidak tahu apa yang menimpa gadis ini, tapi pasti bukan suatu yang ringan. Dilihat dari cara pakaiannya gadis ini pasti anak baik-baik, namun entah dengan hatinya. Kinanti lama menumpahkan tangisnya dalam dekapan wanita bergamis. Bahkan Kinanti merasakan usapan halus di kepalanya. Dalam bayangannya Kinanti membayangkan Bunda yang melakukan itu semua. “Maaf, maaf saya sudah membuat baju ibu basah,” ucap Kinanti saat melihat gamis wanita dihadapannya basah. Entah berapa lama ia menumpahkan tangisnya dalam pelukan ibu bergamis ini. “Tidak apa-apa jika itu bisa membuat kesedihanmu berkurang.” Kinanti tersenyum. Sosok dihadapannya ini memang seperti Bunda, bahasanya halus dan lemah lembut. Bisa saja kan dia menolak, bukannya justru mengikuti kemauan aneh dari gadis yang sama sekali baru ia jumpai. “Kamu bisa menganggap ibu sebagai pengganti ibu kamu.” Kinanti tercengang mendengarnya, namun perkataan itu membuatnya kembali menitikkan air mata. Kinanti sungguh merindukan Bundanya malam ini. “Ibu juga sepertimu, pernah merasa kehilangan sosok seorang Ibu. Jadi ibu paham apa yang terjadi padamu sekarang.” Wanita itu memberi senyuman keteduhan dimata Kinanti. “Boleh ibu tahu siapa namamu?” tanya wanita bergamis itu. “Kinanti.” Suara yang keluar dari mulut Kinanti bahkan terdengar serak. “Nama yang bagus, Ibu boleh panggil Kinan?” Kinanti mengangguk. Selama ini nama Anti melekat di telinganya. Mungkin memang ia harus meninggalkan nama Anti. Nama yang selalu sarat kesedihan dalam hidupnya. “Bagaimana jika kita ke tempat putri ibu? Tak jauh kok dari sini, kebetulan putri ibu juga seusiamu. Dia kost sekitar sini, malam ini kebetulan ibu sedang mengunjungi putri ibu.” Kinanti sempat ragu, namun ia sendiri tidak tahu akan kemana ia melangkah. Ayahnya pun tidak akan mungkin kehilangannya jika ia menghilang dari rumah. Dan ia tak ingin kembali menemui tunangannya, karena bisa saja mereka kini menghabiskan malam berdua dirumah itu. Ya Tuhan, membayangkan lelaki yang amat ia cintai dan hampir bisa dikatakan mereka sebentar lagi akan naik pelaminan, membuat hati Kinanti makin perih. Setega itukah Haidar kepadanya? Setelah lima tahun jalinan kasih diantara mereka? Jadi Kinanti hanya mengangguk saat mendapat tawaran dari wanita bergamis itu. “Ayo nak, hari sudah malam. Tidak baik gadis sepertimu sendiri ditempat ini.” Malam itu awal Kinanti mengenal Tika. Ternyata anak ibu bergamis itu adalah Tika yang kebetulan memang kost di dekat taman, tempat Kinanti meluapkan kesedihannya. Ia sendiri tidak tahu sejauh apa ia berlari hingga kelelahan dan bisa menemukan taman. Seingatnya daerah ini jauh dari rumah mantan tunangannya. Dan malam itu Kinanti benar-benar diterima Tika dan Ibunya di rumah kost-kostan, bahkan Kinanti merasa gak enak, karena kekasih Tika bernama Agus sedang berkunjung. “Kebetulan kantor aku butuh karyawan untuk staff keuangan. Kalau kamu berminat kamu bisa ajukan lamaran, bagaimana?” ajak Tika. Saat melihat ibunya datang membawa seorang gadis yang terlihat sembab, entah mengapa membuat Tika terenyuh kasihan. Apalagi ibunya menceritakan bagaimana Kinan menangis dalam dekapan ibunya. Tika bersyukur masih di berikan kesempatan oleh yang maha kuasa memiliki seorang ibu. Ia tak bisa membayangkan jika nasibnya seperti Kinan. Kehilangan seorang ibu ibarat kehilangan separuh napas dalam hidupnya. “Benarkah?” Kinanti hampir tak percaya mendapat ajakan Tika. Karena Kinanti bertekad, ia akan menghapus segala sesuatu tentang Haidar, termasuk keluar kantor. Ia harus totalitas bukan dalam melupakan mantan tunangannya. Malam itu Kinanti menginap disana, ditempat kost Tika. Mungkin karena rasa lelah karena menangis dan berjalan tak tentu arah, Kinanti langsung terlelap tidur. Tika dan Ibunya merasa iba melihat keadaan Kinanti. Kinanti hanya bercerita jika Bundanya telah meninggal dan malam ini Ayahnya menikah lagi, hingga ia pergi dari rumah dan menangis di taman tadi. Namun ia berjanji esok akan kembali pulang, karena khawatir Ayahnya mencari. Ia memang harus kembali pulang bukan? Ia harus menyiapkan segala urusannya di kantor lama, supaya bisa bergabung bersama Tika. Kalau perlu ia akan kost seperti Tika, jika memang merasa tak nyaman satu atap dengan keluarga Ayahnya. Apalagi Tika tidak keberatan, asalkan Kinanti rela di tinggal sendiri, karena setiap sabtu Tika akan mengunjungi ibunya di Bekasi. Besok pagi ia kembali kerumah Ayahnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN