Setelah telepon mati, Gilang kembali menyerahkan ponsel pada Silvania. "Kamu baik-baik aja kan?" Tanyanya dengan khawatir. Bagaimana tidak, meskipun Silvania tidak menangis histeris seperti kebanyakan gadis yang menerima kabar buruk, namun Gilang bisa melihat mata gadis itu yang memerah dan berkaca sementara bibirnya berubah pucat. "Mau aku anter?" Tawarnya lagi dengan sungguh-sungguh. Silvania mendongakkan kepala dan memandang Gilang sebelum akhirnya ia menganggukkan kepala lemah. "Tolong." Pinta Silvania yang dijawab Gilang dengan anggukkan kepala. Gilang mengulurkan tangan dan membantu Silvania berdiri dari duduknya dan bahkan memapah gadis itu keluar dari kantin. Selama mengenal gadis Silvania, Gilang tidak pernah melihat Silvania terlihat shock dan ketakutan seperti saat ini. Ia bah