Rayyan memijit pelipisnya, mencoba menghilangkan rasa pusing yang menyerangnya. Pandangannya berkunang, dan ia tidak bisa lagi membaca dokumen yang ada di depannya dengan fokus. Rayyan lelah, ya itulah faktanya. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kantornya dan mendongakkan kepala untuk menghilangkan rasa pegal di tengkuknya. Memejamkan mata barang sejenak untuk menghilangkan penatnya. Pekerjaan kantor yang tiada habisnya. Pekerjaan kampus yang menguras emosinya. Semuanya begitu menguras tenaga dan pikirannya. Dulu, saat masih bujangan hal itu ia nikmati sebagai pengalihan pikiran karena ia tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan Silvania. Sementara sekarang, dia justru merasa semua itu menjadi berat karena yang diinginkannya hanyalah menghabiskan lebih banyak waktu den