Part 5

1276 Kata
Suasana kembali hening setelah anak dan cucu pasangan Lucas – Agisna kembali ke kediaman mereka masing-masing. Kini penghuni inti rumah yang besar itu kembali ke semula. Hanya Lucas, Agisna, Silvania dan juga Rayyan. Sedikit banyak Silvania mendengarkan perbincangan para pria saat acara malam itu. Ketika mereka menduga para wanita dan anak-anak sudah tidur, mereka melakukan perbincangan yang serius. Terutama dengan alasan kenapa Rayyan kembali ke Indonesia. "Setelah kejadian yang menimpa Faiqa, Mirza memang sudah mempersiapkan dirinya untuk mengambil alih Coskun Company. Dia merasa bersalah karena terus menahan diri untuk kembali ke Indonesia hanya karena Abrisam Corp baru saja dirintis hingga akhirnya ia abai pada Coskun dan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada kak Iqa yang notabene memang tidak menguasai manajemen perusahaan. Belum lagi Kralligimiz, meskipun kak Carin tidak pernah berkomentar, tapi Mirza tahu kalau Mas Agam memang ingin kak Carin segera pensiun. Kejadian yang menimpa Uncle Adskhan membuatnya merasa semakin bersalah. Karena itulah, dia kemudian mengambil semua resiko dengan memilih untuk pulang dan memulai Abrisam Corp dari awal disini. Uncle Adskhan sendiri sebelumnya memang udah minta aku bantu Mirza. Tapi kalau Mirza memang mampu, kenapa aku harus turun tangan? Tapi kemudian, Mirza bilang kalau dia tidak akan sanggup mengemban semua tugas sendirian. Pada akhirnya dia minta bantuan aku juga. Dia malah balik mengatakan kalau aku lebih beruntung karena punya bang Fathan yang bisa Papa andalkan untuk Levent Construction. Tapi faktanya dia memang benar." Ucapnya seraya terkekeh. "Dibandingkan dia yang memiliki banyak tanggung jawab, aku memang lebih berleha-leha." Kekehnya. "Aku setuju buat bantu dia pada akhirnya, asal dia kasih aku waktu buat beresin semua kerjaan aku. Dia terima dan ya, aku balik kesini." Ucap Rayyan dengan nada tenang. "Trus, kamu kapan balik ke Levent Cosntruction?" tanya Fathan pada adik iparnya itu. "Yaelah Bang, baru aja dipuji." Ucap Rayyan pada kakak iparnya. "Sementara aku mau coba kerjaan lain dulu. Aku mau jadi kadal dulu kali ya. Sambil majuin perusahaan aku sendiri, aku bantuin Mirza. Habis itu baru deh bantu Abang sesekali, itu juga kalo emang Abang perlu. Tapi aku rasa Abang gak perlu bantuan aku." Ucap pria itu kembali dengan kekehannya. Silvania masih menajamkan telinganya meskipun matanya terpejam. Sejujurnya ia juga tidak berniat untuk menguping, tapi memang ia kesulitan untuk terlelap. Dan suara para pria itu cukup keras untuk ia dengar. Harus Silvania akui kalau ia hanya sedikit tahu mengenai sejarah bisnis keluarga Levent. Namun ia cukup tahu sejarah bisnis keluarga Opa dari pihak ibunya. Silvania tahu tentang Coskun Company, perusahaan yang dibahas Rayyan itu adalah sebuah perusahaan konstruksi yang didirikan oleh ayah dari Opa Adskhan yang kemudian berkembang pesat saat dipegang oleh Opa Adskhan sendiri. Sempat dipimpin oleh putra pertama Opa Adskhan sebelum kemudian mengalami goncangan kala dipegang oleh tante Faiqa, putri kedua dari Opa Adskhan. Ia tahu tentang Kralligimiz, perusahaan yang dikelola oleh ibunya, Carina. Itu adalah sebuah rumah produksi yang dulu dibuat oleh buyut Helena atas permintaan Opa Adskhan untuk ibu dari tante Syaquilla. Putri pertama Opa Adskhan yang juga merupakan sahabat baik ibunya. Kuasa dari Kralligimiz, seperti yang Rayyan katakan tadi diberikan pada ibu Silvania setelah ibunya pensiun dari dunia permodelan. Ibunya terbilang orang yang cerdas dan pebisnis yang andal karena bisa mengemban dua posisi dalam satu waktu karena kala itu ibunya juga membuat sebuah perusahaan organizer dan juga membantu mengelola butik milik Oma Nadira karena Oma Nadira memutuskan untuk tinggal di Turki. Setelah uncle Ilker—putra laki-laki pertama pasangan Adskhan-Caliana—lulus kuliah, seluruh tanggung jawab perusahaan keluarga Opa Adskhan diberikan padanya. Coskun Company dan jug Kralligimiz. Kedua perusahaan itu berkembang, apalagi Kralligimiz. Karena menurut yang Silvania dengar, jiwa seni yang dimiliki Uncle Ilker memang sudah terlihat sejak dia masih muda. Sayangnya, ketika istri Uncle Ilker meninggal, pria itu juga seolah kehilangan jiwanya. Dan kemudian, setelah memberikan hak asuh anaknya pada orangtuanya, suatu ketika pria itu dinyatakan menghilang. Sehingga kepemimpinan Kralligimiz dikembalikan pada ibu Silvania dan Coskun diberikan kepada Aunty Faiqa. Sebab saat Uncle Ilker menghilang, Uncle Mirza masih melanjutkan pendidikannya dan juga merintis Abrisam Corp. Dalam kepemimpinan Aunty Faiqa, Coskun Company dinyatakan mengalami kerugian besar dan hampir diambil alih oleh seorang taipan bernama Tiziano Salvatore. Tantenya itu bahkan secara mengejutkan mau menikahi mafia Italia itu hanya supaya ayahnya tidak tahu. Banyak tragedi sampai semua kejadian terbongkar dan akhirnya Faiqa dan Coskun Company terselamatkan oleh paman-paman Silvania. Mirza, Rayyan dan Serkan. Ternyata, Tiziano memang sengaja membuat Coskun bangkrut hanya karena obsesinya untuk mendapatkan Aunty Faiqa. Tapi sekarang keduanya memiliki kehidupan yang bahagia. Setelah kasus Coskun Company selesai dan semuanya dianggap baik-baik saja, pada akhirnya Coskun Company dipercayakan pada CEO yang dipilih oleh Tiziano dan Opa Adskhan. Namun, di waktu yang sama keduanya meminta Mirza untuk kembali ke Indonesia dan mengurus perusahaan-perusahaan keluarga Levent yang ditinggalkan. Tiziano bukannya tidak mampu untuk mengurus perusahaan, dan Opa Adskhan juga bukannya tidak percaya pada menantunya. Tapi Tiziano rupanya lebih memilih untuk fokus menghabiskan waktunya bersama keluarga alih-alih berkutat dengan dokumen-dokumen. Sementara perusahaannya yang ada di Italia dan untuk perusahaan yang ada di Indonesia, dia mempercayakan pada CEO yang sudah di rekrutnya. Alhasil, paman Silvania itu mengalah dengan mimpinya untuk membangun perusahaannya sendiri di negeri orang asing dan kembali ke Indonesia, memulai menancapkan cakarnya dari awal sekalipun ia tahu hal itu tidak bisa dilakukannya dengan mudah. Ya, Silvania jauh lebih tahu mengenai keluarga Caliana-Adskhan karena memang jika dilihat dari pohon keluarga, Caliana adalah nenek dari pihak ibunya dan Mirza adalah pamannya. Berbeda dengan Lucas-Gisna. Mereka bukan keluarganya secara langsung, dan Silvania hanya sedikit tahu tentang keluarga itu. Apapun alasan yang membuat pria itu kembali ke Indonesia, Silvania cukup terkejut kala mendengar bahwa itu merupakan permintaan dari paman dan kakeknya. Bukankah itu berarti Rayyan sosok yang bisa diandalkan? Tetap saja, sehebat apapun Rayyan di mata keluarganya, ia berharap pria itu tidak membuat masalah dengannya. Atau tidak mengganggu kehidupan pribadinya. Tapi ternyata, harapannya tinggal harapan semata. "Kita kedatangan dosen baru katanya." Ucap Gilang, teman baru Silvania yang kemudian meletakkan tasnya di bangku kosong sisi kanan bangkunya. "Cowok, cakep!" jawab Wulan yang duduk di bangku kosong sisi kiri bangku Silvania sehingga kini ia diapit oleh kedua teman yang dikenalnya sejak semester pertama itu. "Siapa?" tanya Silvania ingin tahu. "Ada deh, cakep. Tadi gue lihat di ruang dosen, dia lagi dikerubungin sama emak-emak." Jawab Wulan yang mengarah pada dosen wanita yang biasanya selalu bersikap kecentilan dan hobi tebar pesona. "Kalo gak salah namanya Rei." "Rei?" tanya Silvania seraya mengerutkan dahinya. Perasaannya mendadak tidak enak setelah mendengar nama itu. Namun seketika ia menggelengkan kepala. Tidak mungkin sosok yang ada dalam benaknya mendadak menjadi seorang dosen. Dia bukan tipe orang seperti itu. Pikirnya. Tapi kemudian, dua menit selanjutnya Silvania harus menelan ludahnya karena dengan tubuh tinggi tegap, tatapan yang ramah dan selalu menunjukkan senyuman, pria itu berjalan masuk ke dalam ruangan yang kemudian dihadiahi sambutan berupa sorakan dari teman-temannya. "Siang, guys." Sapa pria itu dengan nada informal yang membuat para mahasiswi—pada umumnya—bersorak kegirangan. "Saya Rayyan Ozgur, dosen Gambar Konstruktif kalian yang baru. Kalian bisa panggil Mr. Rei. Biar lebih keren." Lanjutnya yang kembali mendapat sorakan para mahasiswa. "Mr. Rei beneran dosen? Atau mahasiswa yang costplay jadi dosen?" celetuk salah seorang mahasiswa yang tak Silvania kenal namanya. "Menurut kalian? Saya masih cocok jadi mahasiswa?" tanya Rayyan ingin tahu dengan nada kasualnya. "Cocok banget, Mr. lebih cocok lagi kalo jadi pacar saya." Jawab seorang gadis yang Silvania tahu merupakan kakak tingkatnya. Tidak ada jawaban dari Rayyan. Pria itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Oke, kita absen satu persatu." Ucap pria itu seraya membuka map di depan mejanya. Pria itu memanggil nama dari abjad terawal, sampai kemudian dia memanggil "Silvania Zahra Kawindra!" dan Silvania merasa bahwa panggilan itu lebih seperti ancaman daripada panggilan dosen pada mahasiswi nya. ___________________ Mau diguruin sama Mr. Rei?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN