Rayyan terduduk di samping tempat tidur Silvania. Memandangi wajah pucat istrinya yang terlihat berubah tirus dalam sehari. Kedua tangannya menggenggam tangan Silvania dan meremasnya lembut. "Ci, bangun Sayang." Pinta Rayyan dengan nada membujuk. Namun Silvania masih saja memejamkan mata. Rayyan merasa lelah, tentu saja. Dia belum memejamkan matanya barang sedetikpun sementara tubunya terasa sakit akibat pengeroyokan yang dilakukan anak buah suami Diah padanya. Inginnya saat ini dia berbaring dengan membawa Silvania ke dalam pelukannya. Namun dia juga tak tega melakukannya. Suara pintu terbuka tak membuat Rayyan mengalihkan perhatiannya dari Silvania. Sampai kemudian sebuah tangan meremas bahunya pelan, barulah Rayyan mendongakkan kepala dan terkejut saat melihat ibunya berada disana.