"Si, Ray, kalian dikamar? Ngapain?" Pertanyaan dari Oma Gisna memunculkan sebuah senyum di wajah Rayyan yang membuat Silvania membelalakkan matanya khawatir. Terlihat pegangan pintu kamar Silvania bergerak, jelas sekali orang yang berada di luar kamar berniat untuk masuk. Namun karena pintunya dikunci oleh Rayyan, pintu tidak berhasil dibuka. "Sisi, Rayyan, kenapa pintunya dikunci?" pertanyaan itu kembali keluar dari mulut Oma Gisna. "Uncle, buka pintunya!" perintah Silvania yang dijawab gelengan kepala Rayyan. "Uncle mau apa?" Tanya Silvania dengan sorot khawatir. Ia yakin kalau saat ini pamannya itu sedang merencanakan sesuatu yang licik Bukannya menjawab, Rayyan malah kembali menunjukkan senyum tengilnya. "Mmm... Be-bentar Ma.." ucapnya dengan nada lantang terbata yang membuat Silvani