Shela menatap Sharon lama, terlalu lama untuk sekadar menilai penampilan profesional. Ada sesuatu dalam wajah muda itu. Lekuk mata, bentuk rahang, bahkan cara Sharon melangkah membuat jantung Shela berdegup aneh. Seperti mengenali sesuatu dari masa lalu, namun tidak bisa mengingat dari mana. Selalu seperti itu sejak kemarin. “Selamat pagi, Bu Shela,” Sharon tersenyum dan menunduk hormat. “Selamat pagi. Silakan duduk.” Suara Shela tetap dingin dan berwibawa, tapi dalam hatinya, ada gelombang rasa ingin tahu yang mengganggu. Shela mengamati gadis muda itu lebih seksama. Matanya cerdas, bahasa tubuhnya tenang, tapi tidak arogan. Namun, yang paling mengganggunya adalah ... perasaan familiar itu. Seperti ada benang tak kasatmata yang menarik mereka berdua. Sebelum menyadarinya, Shela sudah