“Semua terjadi begitu saja, Ma, Pa. Kami sama-sama khilaf saat melakukannya.” Pengakuan tersebut lolos dari bibir pucat Hanafi yang akhirnya mampu berkata cukup panjang. Sejauh ini, itulah kalimat terpanjang yang keluar dari bibir Hanafi setelah sadar dari koma tiga tahunnya. Sayang seribu sayang, pengakuan Hanafi tak mendapat respon baik dari kedua orang tuanya. Diawali dengan papanya yang langsung menilai sadìs, “Alasan umum!” Berlanjut mamanya yang sialnya sependapat dengan papanya, “Iya, betul! Mama sepemikiran sama papamu! Khilaf katamu!? Enggak mungkin! Mama lebih percaya kalau itu khilafmu sendiri, Han. Karena menurut Mama, Apia bukan perempuan gampangán.” Habis sudah Hanafi.. Posisinya terhimpit karena kedua orang tuanya melimpahkan segala kesalahan padanya. Padahal Hana