Benar, kan? Sesuai prediksi Atika bahwa umpannya akan semudah itu dilahap oleh sang putra. Akan tetapi Atika berlagak menegur Hanafi yang berkata sembarangan, “Huss! Sembarangan..” Atika punya ide dadakan untuk memanas-manasi Hanafi dan itu langsung dilancarkannya. “Sudah pasti bibitnya unggul lah! Apia cantik, suaminya juga pasti tampan, anaknya? Jangan ditanya! Pasti bening, Han! Ganteng dan lucu! Percaya omongan Mama.” Raut wajah Hanafi kian busùk. Telinganya panas karena ocehan mamanya yang memuji-muji suami dan anak Apia barusan. Hal itu membuat Hanafi kian kesal tapi juga penasaran setengah mati dengan suami dan anak Apia. ‘Seperti apa sih, mereka? Apa Apia bahagia dengan keluarga kecilnya? Kenapa aku tidak rela menerima fakta itu?’ Saat Hanafi larut dalam lamunannya yang ke