Panglima Tertinggi Guardian

2018 Kata
Jumat (15.55), 28 Mei 2021 ------------------------ Tristan menatap rumah sederhana berlantai dua di hadapannya. Rumah yang tampak hangat, cocok untuk sebuah keluarga. Sejenak dia menunggu, memastikan keberadaan makhluk di sekitarnya. Hanya ada manusia dengan radius sekitar sepuluh meter. Tidak akan ada yang memperhatikannya jika dia masuk ke rumah itu sekarang. Dalam satu kedipan mata, kini Tristan sudah ada di dalam rumah yang tadi ia perhatikan. Rumah milik gadis SMA bernama Queenza. Seorang manusia yang darahnya menguarkan aroma manis dan lezat, hingga mengundang makhluk-makhluk non-manusia di sekitarnya untuk mendekat. Gadis itu menarik rasa ingin tahu Tristan. Tidak pernah ada sebelumnya seorang manusia seperti Queenza. Tristan curiga, pasti ada rahasia dibalik keberadaan gadis itu. Dugaan pertamanya dia adalah keturunan campuran antara manusia dan makhluk Immorland. Bukankah itu artinya ada yang dengan sengaja melanggar peraturan? Sepertinya para pelanggar itu mengejek keberadaan kaum guardian hingga berani melahirkan keturunan campuran dengan manusia. Tapi dugaan itu masih diliputi banyak pertanyaan. Selama ini tidak ada larangan bagi kaum Immorland untuk menikahi makhluk yang tidak sebangsa dengannya. Larangan itu hanya berlaku bagi manusia. Dan keturunannya pasti akan mewarisi genetik salah satu orang tuanya. Semisal harpy menikah dengan dryad, maka keturunannya akan menjadi seorang harpy, atau dryad. Tidak pernah perpaduan keduanya. Karena itu, kondisi Queenza yang unik membuat Tristan bertanya-tanya. Hal lain yang juga menarik perhatian Tristan adalah keberadaan makhluk yang tampaknya mengawasi Queenza. Entah tujuannya baik atau buruk. Tapi yang jelas, makhluk itu berasal dari kaum yang kekuatannya tidak bisa diremehkan. Terbukti dari kemampuannya menyembunyikan aura dan aromanya. Itu alasannya Tristan berusaha mencari informasi tentang Queenza dan sekarang berada di sini. Dia harus menyelidiki gadis itu dan memutuskan hendak menghukumnya atau membiarkannya bebas. Sekali lihat saja, Tristan langsung tahu ruangan tempatnya berada adalah dapur. Dia diam sejenak, mengendus udara. Mencoba mencari tahu jejak makhluk yang pernah ada di sana. Aroma manusia yang terasa jelas. Dan—ya, tercium samar aroma makhluk lain namun Tristan tidak bisa menebak makhluk itu berasal dari kaum apa. Keluar dari dapur, aroma itu semakin jelas. Aroma manusia berbaur dengan sosok makhluk yang jelas bukan dari kaum manusia. Ada keranjang cucian di depan kamar mandi. Dengan ibu jari dan telunjuknya, Tristan mengangkat salah satu pakaian yang tampak seperti pakaian lelaki. Aroma makhluk lain itu semakin jelas tercium dari pakaian yang dipegang Tristan. Sang guardian melempar pakaian di tangannya kembali ke keranjang cucian lalu dia bergegas keluar dari tempat itu, menuju ruang tengah. Keningnya berkerut saat tanpa sengaja melihat tv dengan layar yang rusak. Sepertinya sengaja dihantam dengan kepalan tangan. Apa sempat terjadi perkelahian di rumah itu? Tapi tidak ada kerusakan selain tv. Dan jelas Queenza tidak tinggal seorang diri padahal dari informasi yang Tristan dapat, gadis itu sudah kehilangan kedua orang tua dan tinggal sendirian di rumahnya. Tristan berdiri tegak di ruang tengah dengan tangan menggenggam gagang pedang yang tergantung di pinggangnya. Kebiasaan ketika dia merasa waspada atau tengah berpikir keras. Tampaknya semua makin jelas sekarang. Queenza bukannya keturunan campuran makhluk tertentu. Dia menjalin hubungan dengan makhluk lain dan entah bagaimana, makhluk itu bisa mengalirkan kekuatannya hingga aroma darah Queenza berubah manis dan lezat. Tristan jadi curiga, kekuatan Queenza bukan hanya itu. Jemari Tristan mengepal. Ini tidak bisa dibiarkan. Mereka melanggar aturan. Tidak ada yang boleh hidup tenang setelah meremehkan aturan yang dibuat para tetua kaum guardian demi kedamaian makhluk-makhluk di dunia. Geram, Tristan memutuskan mendatangi Queenza langsung di sekolahnya. Dia akan mencari kesempatan agar bisa berdua dengan gadis itu lalu membuatnya mengerti kesalahannya. Lebih bagus lagi jika pasangannya juga ada di sana. Jadi Tristan tidak perlu repot-repot mencari dan langsung menjatuhkan hukuman pada mereka berdua sekaligus. *** Wajah Queenza masih memerah mengingat kejadian tadi pagi. Demi rasa lapar dia harus menuruti kemauan si kaisar m***m itu dan menahan rasa malu. “Kemarilah. Kau lapar, kan?” Queenza mendekat ke ranjang, tempat Kingsley sedang duduk sehabis mandi. Tadinya dia cukup takjub melihat rambut panjang Kingsley yang baru dicuci langsung kering dalam sekejap. Tiba di hadapan Kingsley, Queenza menunggu lelaki itu melukai lengannya seperti sebelumnya lalu membiarkan Queenza minum. Tapi bukannya menyodorkan lengan, Kingsley malah mendongakkan wajah seraya menunjuk bibirnya, membuat Queenza terbelalak. “Apa maksudmu?” “Aku akan melukai lidahku.” Queenza ternganga. “Kau ingin aku minum dari mulutmu?” Kingsley mengangguk tanpa rasa bersalah. “Kenapa bukan dari lengan seperti waktu itu?” “Kau sudah dua kali minum dari mulutku dan sama sekali tidak keberatan. Kenapa sekarang sibuk protes?” “Dua kali?!” Queenza berseru kaget. “Jangan mengarang cerita. Aku tidak ingat pernah melakukannya. Aku hanya sekali minum darahmu, dan itu dari lengan!” Kingsley tersenyum geli. “Aku kan pernah bilang. Saat kau diserang para banshee, aku mengobatimu dengan meminumkan darahku. Saat itu kau minum dari mulutku. Dan kemarin ketika kau kelaparan, kau sempat hilang kesadaran. Aku juga memberimu darahku dengan mulut. Kau bisa tanya sendiri pada para harpy itu jika tidak percaya.” Queenza kehilangan kata-kata. Apalagi Kingsley mengatakan ada saksi yang melihat mereka berciuman. Astaga, ciuman pertamanya! Direnggut dengan cara yang tidak manusiawi, tanpa dirinya sadari. Ah, tapi lelaki itu kan memang bukan manusia. Arrgghh! “Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Kau mau makan atau tidak?” Kingsley mengernyit saat menyadari sesuatu. “Sebenarnya ini disebut makan atau minum, ya? Darah kan cairan. Harusnya minum. Tapi kau lapar. Untuk menghilangkan lapar kau harus makan. Aku jadi bingung.” Kingsley menggaruk pelipisnya. “Tidak lucu!” seru Queenza. Kingsley terkekeh. “Jadi, kau mau makan?” “Mana lenganmu?” Dengan mata berkilat geli, Kingsley memajukan bibirnya. “Kau mau kutampar?” Kingsley mendesah, pura-pura lelah. Tapi begitu Queenza lengah, dia langsung membingkai kedua sisi wajah Queenza lalu menyatukan bibir mereka. Gadis itu sempat hendak memberontak. Tapi begitu lidahnya mencecap darah Kingsley, matanya bersinar hijau sekilas dan akhirnya dia yang menyesap darah Kingsley dengan rakus. Astaga! “Hei, sedang memikirkan apa?” Queenza tersentak kaget merasakan tepukan di pundaknya. Dia menoleh dan mendapati Fara disampingnya. “Kau membuatku kaget.” “Tentu saja. Kau melamun,” Fara mengernyit melihat pipi dan rahang Queenza. “Luka cakaran di pipimu sudah sembuh. Padahal baru kemarin. Tidak ada bekasnya juga.” Queenza tertegun, tidak menyadari itu sebelumnya. Ya, kemarin banyak teman-temannya yang menanyakan luka seperti cakaran di pipi Queenza. Tapi karena saat itu Queenza terlalu marah pada Kingsley dan kelaparan, dia tidak terlalu memikirkan luka di pipinya yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu asal luka itu. “Oh, lukanya sudah kering. Aku menutupinya dengan riasan wajah.” “Wah, hebat. Benar-benar tidak terlihat.” Queenza hanya tersenyum sebagai tanggapan, khawatir jika dia bicara lebih banyak malah Fara akan semakin bertanya-tanya. “Nona Queenza.” Langkah Queenza terpaku mendengar panggilan orang di depannya. Bahkan Fara sampai ternganga sambil memperhatikan orang yang tengah tersenyum di hadapan mereka. “Ba—bapak memanggil saya?” tanya Queenza terbata. Siapa yang tidak kaget dan bingung? Mendadak guru yang dikenal selalu disiplin dan serius memanggil dirinya dengan sebutan Nona. “Iya, Non—eh, Queenza.” Hendri baru menyadari pandangan bertanya gadis di sebelah Queenza. “Bisa bicara berdua saja?” dengan sengaja dia melirik teman Queenza. “Oh, sebaiknya saya ke kelas duluan.” Fara yang mengerti maksud tatapan Hendri bergegas pergi. Queenza jadi gelisah. Ingatannya melayang pada saat Pak Hendri mengantarnya pulang kemarin. Dia hanya ingat sampai masuk ke mobil Pak Hendri. Setelah itu semuanya kabur lalu dia tidak ingat lagi. Kemudian yang terjadi dia menemukan dirinya bersama Kingsley dan para harpy. Apa sudah terjadi sesuatu di antara mereka? Apa dirinya melakukan kesalahan? Bagaimana kalau Pak Hendri mempermasalahkannya lalu membuatnya dikeluarkan dari sekolah? Menurut kabar yang beredar, Pak Hendri sangat dekat dengan kepala sekolah. “Nona, saya ingin minta maaf atas kejadian kemarin. Saya sungguh menyesal.” Pak Hendri berkata dengan nada rendah. Queenza meringis tidak nyaman mendengar panggilan Pak Hendri. “Saya tidak mengerti maksud Anda, Pak.” “Tolong jangan berpura-pura bahwa saya tidak bersikap buruk kemarin. Saya akan tambah merasa bersalah,” wajah Hendri memelas. “Saya tidak ingat kejadian kemarin.” Queenza tersenyum minta maaf. “Nona tidak ingat saat saya dan Pak Jervis menyerang Nona? Lalu lelaki dengan aura pemimpin itu datang dan menyelamatkan Nona?” Queenza terkesiap. Kedua tangannya terangkat menutup mulutnya yang terbuka. “Mak—maksud Anda, harpy kemarin… adalah Anda dan Pak Jervis?” “Iya, Nona. Apa Anda tidak ingat saat saya membawa Anda ke rumah Pak Jervis?” tanya Hendri penasaran. Padahal jelas-jelas dia berada satu mobil dengan Queenza dan hampir saja menyeret gadis itu keluar dari mobil. Queenza menggeleng. “Kemarin saya sedikit tidak enak badan. Kesadaran saya timbul tenggelam.” Hendri ingat kemarin Queenza memang sakit. Tapi saat dirinya mulai bersikap kasar, gadis itu jadi berbeda. Seolah ada sosok lain dalam tubuhnya. Mungkinkah ada kekuatan dalam tubuh Queenza yang muncul tiba-tiba ketika dia berada dalam bahaya? “Jadi Anda juga tidak ingat saat mendorong saya dengan kekuatan Anda hingga saya terlempar jauh? Atau saat—” Hendri terdiam. Baru menyadari mereka ada di koridor sekolah dan ada beberapa siswa yang mencoba mencuri dengar pembicaraan mereka. “Mungkin sebaiknya kita bicara lain kali… Queenza.” Dia jadi tidak nyaman menyebut nama Queenza setelah mengetahui kekuatan gadis itu dan telah menyerahkan diri sebagai abdi setia. Queenza hanya mengagguk pelan seraya nyengir bingung. “Saya permisi.” Hendri sedikit membungkuk memberi hormat lalu pergi. Queenza masih terdiam. Bingung atas situasinya. Jadi, salah satu guru di sekolahnya bukanlah manusia? Bahkan kepala sekolah juga bukan. Lalu bagaimana dengan guru-guru yang lain? Atau teman-temannya? “Hei, Queenza.” Mendadak Belva merangkul pundak Queenza dari belakang. “Astaga, kau membuatku kaget!” seru Queenza kesal. “Eh, tadi aku melihatmu berbincang dengan Pak Hendri. Dia jadi semakin baik padamu setelah mengantarmu pulang, ya?” lalu mata Belva menyipit curiga. “Atau mungkin terjadi sesuatu di antara kalian?” DEG. Apa Belva juga tahu tentang makhluk non-manusia? Apa dia tahu kejadian kemarin? Dan pertanyaan yang paling penting, mungkinkah Belva juga bukan manusia? “Hmm, kenapa kau malah menatapku kaget begitu?” Belva menyeringai. “Apa benar-benar terjadi sesuatu antara kau dan Pak Hendri?” dia merendahkan suaranya karena banyak siswa lain di sekitar mereka. “Memang sih, Pak Hendri katanya belum punya pasangan. Tapi kau yakin ingin bersamanya? Dia terlihat terlalu tua untukmu.” “Kau pikir—” Queenza kehilangan kata-kata. Ternyata maksud Belva berbeda jauh dengan yang Queenza pikirkan. “Jangan bicara sembarangan.” Dia melotot ke arah Belva seraya melepas rangkulan gadis itu lalu bergegas menuju kelas. “Memangnya kau pikir aku bicara apa?” Kali ini Queenza memilih mengabaikan pertanyaan Belva. Otaknya masih diliputi banyak pertanyaan tentang apa yang terjadi selama dia tidak sadarkan diri. Sepertinya Queenza harus bertanya pada Kingsley. Lelaki itu pasti tahu sesuatu. Pintu kelas Queenza sudah tampak. Tinggal beberapa langkah lagi. Namun langkahnya terhenti saat dia mencium sesuatu. Aura yang gelap, membuatnya tidak nyaman. Cenderung menyesakkan karena diiringi percik kekuatan. Mata Queenza melebar. Apa ada makhluk lain di dekatnya? Atau ini adalah aura Pak Hendri? Ah, iya. Kenapa dirinya baru meyadari hal itu? Dia sudah belajar di sekolah ini cukup lama tapi mengapa sama sekali tidak merasakan keberadaan makhluk lain—kecuali saat ini—padahal Pak Hendri bukan manusia. Apa itu artinya banyak makhluk non-manusia di dekatnya namun tidak semua bisa Queenza rasakan kehadirannya? “Queenza, kenapa berhenti?” Pertanyaan Belva menarik kembali Queenza dari lamunannya. “Sepertinya tadi aku mencium aroma tidak enak.” “Apa ada yang kentut?” Belva tampak kesal. “Dasar tidak tahu tempat!” “Yang penting bukan dalam kelas. Ayo masuk!” dalam hati Queenza meringis. Sementara itu, sepasang mata tajam layaknya elang tengah memperhatikan Queenza, tanpa seorang pun yang menyadari kehadirannya. Tadi dia sempat melihat saat seorang harpy sedikit membungkuk pada Queenza sebagai rasa hormat. Sayang dirinya tidak datanga lebih awal agar bisa mencuri dengar pembicaraan mereka. Tidak ada seorang pun makhluk non-manusia yang bersedia memberi hormat pada manusia. Sepertinya keberadaan Queenza memang membahayakan. Karena itu Tristan memutuskan akan segera bertindak tegas. Apalagi saat dirinya dengan sengaja memancarkan auranya. Dia tahu betul Queenza menyadari kehadirannya. Ini tidak bisa dibiarkan lebih lama. Tristan akan segera menghukum Queenza saat gadis itu pulang dari sekolah. ------------------------- ♥ Aya Emily ♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN