Menyerahkan Kesetiaan

2018 Kata
Jumat (15.52), 28 Mei 2021 ------------------------ Mata Queenza terpejam rapat sementara bibirnya menyesap lidah Kingsley makin rakus. Erangan protes terdengar dari tenggorokannya saat merasakan Kingsley menarik diri, perlahan melepas tautan bibir mereka. “Sudah, cukup.” Kingsley berkata tegas seraya menyeka darah di bibir Queenza dengan ibu jarinya. Perlahan Queenza membuka mata. Kali ini, manik mata hitam yang membalas tatapan mata biru Kingsley. Queenza mengerutkan kening. Dia merasa seperti baru bangun dari tidur lelap. Pandangannya sedikit buram dan seolah mimpi dia mendengar suara samar Kingsley serta usapan lembut di bibirnya. Sekali, dua kali, Queenza mengerjap untuk memperjelas pandangannya. Dia semakin bingung melihat Kingsley di hadapannya dengan berlatar langit biru. Bukankah jika dirinya baru bangun tidur, dia ada dalam kamarnya? Atau setidaknya dalam ruang tertutup dan bukannya luar ruangan? “A—apa yang terjadi? Kita di mana?” tanya Queenza dengan nada ragu. Kingsley melepas rangkulannya dari tubuh Queenza lalu melangkah mundur. Dia tidak berniat menjelaskan apapun saat ini karena itu akan memakan banyak waktu. Sementara ada hal lain yang lebih menarik perhatiannya. “Tidak ada yang ingin kau jelaskan?” desak Queenza namun perhatian Kingsley terus tertuju pada tempat lain, di belakang Queenza. “Papa!” Seruan itu membuat Queenza menegang. Dia segera berbalik, turut menatap tempat yang sejak tadi menarik perhatian Kingsley. “Siapa mereka?” tanya Queenza dengan nada ngeri. Dia beringsut mundur dan refleks memeluk salah satu lengan Kingsley. Beberapa meter di depan mereka, tampak beberapa orang berkumpul mengerumuni sesuatu. Yang paling menarik perhatian adalah dua wanita yang berlutut di samping makhluk berwujud aneh yang tubuhnya dililit benang berwarna merah. Makhluk itu tampak mengerang kesakitan sementara kedua wanita itu menangis di sisinya. Ada dua orang lelaki juga yang tampak berusaha melepas benang merah itu. Tak jauh dari mereka, makhluk berwujud aneh juga tampak menggeliat-geliat kesakitan. Tubuhnya diselubungi asap hitam. Dua orang lelaki ada di sisi kanan-kirinya, tampak berusaha menyingkirkan asap dari tubuh si makhluk aneh. “Sebaiknya kita pergi dan tidak ikut campur urusan mereka,” bisik Queenza memberi saran. “Itu namanya tidak bertanggung jawab,” tandas Kingsley. “Setidaknya selesaikan masalah ini sampai tuntas.” Bukan tanpa alasan Kingsley menjadi kaisar yang disegani para pengikutnya. Meski terkadang bisa bersikap kejam, dia selalu berusaha berlaku adil dan melihat masalah dari segala sudut pandang. Seperti saat ini, dia yakin pasti ada alasan khusus kenapa para harpy itu menyerang Queenza. Dia harus tahu dulu apa alasan mereka sebelum memutuskan hendak mengulurkan tangan atau menghabisi mereka. Queenza tampak hendak membantah saat Kingsley berjalan mendekati kerumunan orang-orang itu. Tapi akhirnya dia hanya menurut sambil kedua tangannya masih memeluk erat lengan Kingsley. Merasakan Kingsley dan Queenza mendekat, para lelaki anak buah Jervis yang juga berasal dari bangsa harpy langsung waspada. Mereka dengan berani membentuk pagar pelindung di depan tubuh Jervis dan Hendri. Sementara salah satu wanita—yang tampak lebih muda—bergegas menghampiri Kingsley dan Queenza lalu tanpa diduga, berlutut di depan mereka. “Tolong, jangan bunuh Papaku.” Kedua tangan wanita itu menyatu di depan tubuh dengan posisi memohon. Kingsley diam sejenak, berusaha membaca ketulusan dalam nada suara dan sorot mata wanita muda itu. “Dia berusaha membunuh orang lain. Dan sekarang kau memohon untuk nyawanya. Beri aku satu alasan kenapa aku harus mengampuninya.” “Papa tidak berniat membunuh. Dia melakukan hal itu demi menyelamatkanku, melepasku dari rasa sakit. Jadi jika ada yang harus dihukum, maka akulah orangnya.” “Tidak!” mendadak wanita yang lebih tua berseru. Dia bergegas menghampiri wanita yang lebih muda lalu turut berlutut di sampingnya. “Aku saja yang dihukum. Putriku sudah terlalu banyak menderita.” “Mama!” wanita yang lebih muda berseru pelan. “”Tidak, Chenna. Kau tidak boleh mengorbankan diri. Kasihan juga Papamu yang selama ini sudah melakukan banyak hal demi kesembuhanmu.” Wanita yang dipanggil Chenna menggeleng hendak membantah namun urung karena Kingsley lebih dulu menyela. “Jadi, kalian akan terus berdebat di sini dan membiarkan kedua lelaki itu meregang nyawa?” “Tidak!” seru Chenna dan Mamanya bersamaan. “Aku tidak janji bisa membantu menyembuhkanmu,” Kingsley berkata pada Chenna. “Tapi aku akan melepaskan kedua lelaki itu asal kalian berani menjamin mereka tidak akan berusaha melukai Queenza lagi.” Kedua wanita itu mengangguk serempak. “Aku janji! Papaku tidak akan mencoba melukai Queenza lagi,” Chenna berkata pasti. Kingsley mengangguk menerima janji Chenna. Lalu tatapannya mengarah pada kedua lelaki yang masih terkapar di tanah. Melihat itu, keempat anak buah Jervis menyingkir dengan ragu. Mereka masih bersikap waspada terutama saat Kingsley mengangkat salah satu lengannya yang tidak dipeluk Queenza ke arah Jervis. Hanya dengan sekali kibas saja, benang merah yang melilit Jervis langsung putus sekaligus asap hitam yang menyelubungi Hendri juga padam. “Papa!” Dengan tergopoh-gopoh, Chenna dan Mamanya kembali menghampiri Jervis. Keduanya berlutut di sebelah Jervis, memeriksa tubuh yang mulai kembali menjadi manusia itu. Tampak jelas benang merah tadi mengiris kulit Jervis dan meninggalkan luka-luka yang tampak mengerikan. Dua anak buah Jervis yang cukup akrab dengan Hendri memeriksa keadaan lelaki itu sedangkan dua lainnya masih berdiri dengan waspada. Kondisi Hendri juga sama mengerikannya. Kulitnya mengelupas seperti terbakar. “Mereka akan segera pulih. Aku tahu bangsa harpy termasuk kaum yang proses penyembuhannya cukup cepat.” “Terima kasih.” Chenna dan Mamanya berkata tulus. “Dan kau, Chenna?” Kingsley bertanya. “Ya?” “Hukuman apa yang kau terima dari kaum guardian karena melanggar aturan menjalin hubungan asmara dengan kaum manusia?” Chenna terbelalak. “Bagaimana kau bisa tahu? Tidak ada yang tahu selain keluarga kami.” “Aku hanya menebak,” Kingsley berbohong. Dia ingat betul siapa wanita itu. Ingatan Kingsley sangat tajam. Dia ingat Chenna adalah wanita yang dia lihat mendapat hukuman dari kaum guardian. Itu terjadi beberapa saat setelah dia dan Queenza keluar dari jurang yang menjadi makamnya. Sementara Queenza tampaknya sama sekali tidak mengenali Chenna. “Chenna mendapat luka yang panjang dan dalam di kedua lengannya.” Mama Chenna yang menjelaskan. “Itu membuatnya tidak bisa terbang lagi dan kerap kali merasakan sakit yang luar biasa. Mungkin kau tahu, kekuatan mengerikan bangsa guardian. Kuku mereka bisa menciptakan luka yang tidak akan bisa sembuh.” Kingsley mengangguk, ingat betul kekuatan itu. Dia pernah bertemu seseorang di masa lalu yang membuat kesal salah seorang kaum nephilim dan mendapat hadiah luka itu. Dan kebetulan dirinya juga mewarisi kekuatan itu. Seharusnya Kingsley termasuk bangsa nephilim. Tapi banyaknya darah makhluk lain dalam tubuhnya membuatnya tidak diakui berasal dari bangsa manapun. “Lalu apa yang kalian harapkan dari Queenza?” Chenna menyeka air matanya lalu menunduk menatap sang Papa yang balas menatapnya dengan sorot sedih. “Papa mendengar kabar bahwa ada manusia yang darahnya tercium sangat manis dan lezat. Menurut desas-desus, darah manusia itu juga bisa menyembuhkan dan memberi kekuatan. Karena itu Papa meminta Hendri membawa Queenza, manusia yang sesuai dengan kabar yang beredar.” Queenza bergidik mendengar penjelasan Chenna. Dia semakin mengeratkan pelukan di lengan Kingsley. Otaknya mulai bertanya-tanya, apakah itu alasan mengapa mendadak banyak makhluk aneh yang memburunya? Karena darahnya? Takut-takut dia melirik ke arah dua lelaki yang masih terkapar di tanah. Apakah luka-luka mereka akibat perbuatan Kingsley? Dia sungguh tidak ingat apapun. Tapi ada perasaan familiar terhadap kedua lelaki itu. Apakah dirinya mengenal mereka? “Sayangnya ada beberapa hal yang salah,” Kingsley berkata serius. “Maksudmu?” “Darah Queenza memang bisa menyembuhkan. Tapi begitu kau meminumnya, kekuatanmu akan terserap ke dalam tubuh Queenza. Semakin banyak kau minum, semakin habis kekuatanmu hingga akhirnya kau menjadi manusia biasa, tanpa kekuatan apapun.” Semua orang di situ tertegun, termasuk Queenza. “Tapi kau juga minum darahku,” bisiknya mengingatkan. “Kenapa kekuatanmu tidak hilang?” “Karena kita adalah suami istri. Jangan lupa bahwa kau adalah permaisuriku.” Kingsley berkata serius. Padahal sebenarnya dia berbohong. Dirinya sendiri tidak tahu bagaimana menjelaskan kondisi mereka. “Jadi kalau aku minum darah Queenza hingga sembuh, ada kemungkinan aku akan berubah menjadi manusia biasa?” tanya Chenna memastikan. Kingsley mengangguk. Mama Chenna menggeleng sambil menatap putrinya. Jervis juga tampak ingin menolak. “Ini satu-satunya cara agar aku bisa sembuh,” ujar Chenna pelan. Dalam hati dia bersorak. Jika dirinya bisa menjadi manusia, dia akan menjalin hubungan sesama manusia tanpa khawatir. Dan kalau perlu, menunjukkan hal itu di depan wajah para b******n guardian. Mata Kingsley menyipit melihat kilat dendam dalam mata Chenna. “Jika kau menjadi manusia, sebaiknya kau menghindari kaum guardian. Jangan melakukan sesuatu yang memancing kemarahan mereka. Karena jika tidak, aku tidak akan mengizinkan Queenza menyembuhkanmu. Percuma kau sembuh kalau hanya untuk mati konyol di kemudian hari.” Mama Chenna menatap putrinya tajam. “Kau tidak akan melakukan itu, kan? Setidaknya demi kami, dan demi mendiang kekasihmu.” Perkataan Mamanya menohok hati Chenna. Dia kembali menangis, dengan satu tangan memeluk tangan Papanya dan tangan yang lain memeluk tangan Mamanya. “Chenna,” Jervis berkata susah payah. “Baiklah, aku tidak akan melakukan hal itu. Aku hanya tidak ingin lagi merasa kesakitan.” Chenna berjanji. Demi orang tuanya dan demi mendiang kekasihnya. Mendengar itu Queenza mencubit kecil lengan Kingsley. “Kau hendak menjadikanku makanannya tanpa izin dariku?” tanyanya pelan. “Kenapa?” Queenza melotot ke arah Kingsley yang menatapnya dengan sorot geli. “Bagaimana kalau aku menolak?” “Jangan harap kau dapat jatah makan besok pagi. Atau besok-besoknya lagi.” “Kau berkata seolah aku butuh padamu,” Queenza mulai kesal. “Padahal kau yang selama ini makan makanan yang kubeli.” “Jangan lupa bahwa kau sekarang tidak bisa kenyang tanpa minum darahku.” Kingsley nyengir. Queenza ternganga, baru ingat kenyataan itu. Dia tidak bisa melupakan rasa lapar yang terasa melilit dan tidak ingin merasakan hal itu lagi. “Isshh! Kalau begitu kenapa kau tidak menawarkan darahmu sendiri saja? Sepertinya aku juga mendadak punya kekuatan aneh sejak minum darahmu.” “Itu dia anehnya,” Kingsley menggaruk kepala. “Sebenarnya darahku adalah racun bagi makhluk hidup lain. Tanaman saja bisa mati hanya karena terkena darahku. Dan dulu pernah ada seseorang yang mencoba meminum darahku agar dia mendapat kekuatanku. Tapi akhirnya dia mati mengenaskan dengan organ dalam yang hancur.” “Tapi—bagaimana aku bisa—” Kingsley angkat bahu. “Bisa jadi karena kau permaisuriku.” Queenza berdecak kesal karena lagi-lagi Kingsley menggunakan alasan itu. “Hmm, apa ada masalah?” tanya Chenna khawatir melihat Kingsley dan Queenza tampak berdebat. “Tidak,” sahut Kingsley. “Jadi, bagaimana? Apa kau—” “AARRGHH!!” Mendadak Chenna berteriak kesakitan. Luka menganga seperti daging diiris tampak jelas di kedua lengannya yang telanjang, hanya mengenakan baju tanpa lengan. Luka itu terlihat bersinar di bagian yang teriris, seperti nyala gunung berapi di tengah malam. Seketika bulu kuduk Queenza meremang. Dia kembali memeluk lengan Kingsley erat. “Tolong, tolong putriku. Bebaskan dia dari rasa sakitnya,” Mama Chenna memohon. Kingsley menoleh ke arah Queenza. “Seperti itu dia menjalani hari-harinya. Jadi, bagaimana keputusanmu?” Queenza tercekat. Tak bisa ia bayangkan gadis cantik itu mengalami siksaan ini setiap hari. Tanpa pikir panjang, Queenza mengangguk pasti. “Jika memang darahku bisa menyembuhkannya, aku akan berusaha mengobatinya.” Kingsley menahan senyum lalu menoleh ke arah keluarga itu. “Setetes untuk hari ini. Besok datanglah ke rumah Queenza.” Mama Chenna langsung bersujud berterima kasih yang diikuti keempat anak buah Jervis. “Terima kasih! Terima kasih!” Susah payah Jervis berusaha bangkit dan segera disangga sang istri. “Aku berhutang nyawa pada kalian. Mulai saat ini, aku dan keluargaku akan mengabdi pada kalian.” Queenza terbelalak dan siap menolak. Namun Kingsley meremas tangannya memperingatkan. Bagi makhluk-makhluk di Immorland, saat mereka sudah menyerahkan diri untuk menjadi abdi setia seseorang atau kelompok tertentu, penolakan berarti merendahkan. Mereka akan merasa terhina. “Kami merasa terhormat mendapatkan kepercayaan kalian.” “Jangan sungkan untuk mengatakan pada kami jika Anda berdua butuh sesuatu.” “Tentu.” Kingsley mengangguk dengan senyum tipis di bibir. Lalu dia menoleh ke arah Queenza dan tanpa diduga mengecup kening Queenza lembut. “Aku bangga padamu,” bisiknya. “Kau sudah memilih melakukan sesuatu yang benar.” Queenza tertegun lalu beberapa saat kemudian pipinya terasa panas. Ada perasaan hangat dan familiar di hatinya karena sikap Kingsley. Dia jadi bertanya-tanya, benarkah dirinya dulu permaisuri Kingsley? ----------------------- ♥ Aya Emily ♥
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN