Wati masuk ke kamar dan melihat mata Viera yang sembab akibat terlalu banyak menangis, mencoba tersenyum pada Viera namun air matanya justru menetes tak terbendung, sebagai sesama wanita dia memahami apa yang terjadi pada Viera. Dia tahu Viera tak mempunyai ibu yang bisa diajaknya berbagi mengurus sang buah hati, yang memanjakannya dan memberikan perhatian lebih padanya, mungkin itu yang membuat Viera tampak tertekan. Wati menyerahkan Biru ke pelukan Viera dan mengusap air mata yang menganak sungai di pupunya dengan lengan bajunya. Duduk disamping Viera. Viera menatap Wati dengan wajah penuh penyesalan, pasti Wati takut padanya atas apa yang dilihatnya. “Disusui dulu Mbak, kasian dari tadi mulutnya mencecap,” ucap Wati sambil tersenyum meski terpaksa. Viera mengeluarkan payudaranya dan