Saat setengah perjalanan, ponsel Viera berdering, Viera mencari ponsel itu di dalam tasnya, lalu matanya membelalak saat tertera nama Sammuel yang meneleponnya, dengan cepat diangkat panggilan itu. “Vi,” ucap Sammuel, Viera ingin langsung memaki, namun Angga menggenggam tangannya untuk menahan makian yang ingin dilontarkan dari mulut Viera, membuat Viera mengatupkan bibirnya. “Ibu stroke, aku dirumah sakit sekarang, Biru demam, dia selalu memanggil nama kamu, maafin aku Vi, tapi bisakah kamu kesini? Biru membutuhkanmu,” ucap Sammuel, kentara sekali suaranya yang sarat akan penyesalan. “Ya, kirim alamatnya,” ucap Viera dengan suara bergetar karena mencoba bersikap tenang, menahan marah dan kecewa. Air matanya lolos begitu saja, Biru sakit saat ini dan terus memanggil namanya, membuat