22. Tak Pernah Padam

1495 Kata

Tepuk tangan dan keriuhan terdengar usai Iko selesai bernyanyi. Iko berdiri kemudian membungkuk, melempar kecupan dari jauh hingga membuat tetamu tertawa. Iko memang orang yang ramah dan supel. Tidak heran banyak yang suka padanya, tapi tentu saja rasa sukanya hanya untuk Kinan seorang. Iko turun dari panggung yang tidak terlalu tinggi itu. Dengan senyum terkembang, dia mendekati Arfi yang masih saja berdiri mematung. “Waah terima kasih Mas Arfi dan mbaknya sudah mau ke sini di pernikahan saya dan Kinan.” Sial, iya aku tahu ini pernikahanmu dengan Kinan, karena kalau bukan, aku yang harusnya ada di sebelah Kinan. Arfi tersenyum masam, ingin sekali dia menendang Iko karena terus menerus mengingatkan acara hari ini adalah hari bahagianya dan Kinan. “Hai Mas Iko ya? Saya Shania, saya ka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN