32. Lamaran

1164 Kata

“Aku tidak apa Kinan? Apa lanjutannya?” Tanya Arfi tetap dengan nada sangat lembut. Andai saja Kinan tahu betapa dalam hatinya dag dig dug menanti jawaban yang keluar dari bibir mungil Kinan. “Aku tidak tahu Mas. Tolong jangan desak aku. Aku bingung.” Kinan meremas ujung jilbab yang dikenakannya. Dia sungguh tidak tahu harus bagaimana. Eyang berpesan agar dia bisa membawa diri baik, jangan sampai gegabah agar tidak salah melangkah. “Lihat aku Kinan, dan katakan bahwa kamu tidak mencintaiku! Kejujuran itu sederhana kok, kamu hanya perlu melihat mataku dan katakan iya atau tidak.” Kata Arfi dengan nada tegas. Kinan  balas menatap Arfi. Mata tajam itu menatapnya lembut tapi menuntut jawaban. Kinan tak mampu beradu pandang, hingga akhirnya dia menyerah, menunduk. Bisa saja lidahnya berkata

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN