Dinginnya malam di kampung itu mampu membekukan tidak hanya air, tapi juga Kinan dan Arfi. Arfi hanya mampu menatap sendu ke arah Kinan. Gadis itu kesakitan karena keberaniannya yang luar biasa menolong orang-orang yang dia cinta. “Kubuatkan mie instan ya? Eyang bilang kamu akan kelaparan setelah selesai diurut. Dari tadi aku menunggumu selesai urut, perutku juga terasa nyeri saat mendengar kamu merintih kesakitan.” “Tidak perlu Mas Arfi, saya bisa makan pisang ini saja.” Tunjuk Kinan ke sesisir pisang Ambon yang ada di meja. “Aku juga lapar kok, padahal tadi sudah makan. Mungkin karena dingin jadi aku kelaparan lagi. Tunggu sebentar, kubuatkan mie spesial.” Tanpa menunggu persetujuan Kinan, Arfi mulai menjerang air dan memasak mie instan. Dilihatnya ada beberapa sachet coklat berwarna