49. Badai Pasti Berlalu

780 Kata

Empat tahun kemudian   Arfi terbangun saat mendengar suara teriakan seorang bocah yang memanggil namanya berkali-kali. Dengan malas dia berusaha membuka matanya, melihat jam di ponsel pintar dan meringis karena cukup lama dia tertidur. Lehernya bergerak ke arah kiri, mengambil nafas panjang karena sisi kiri kasurnya itu kosong. Seprainya pun masih rapih, bantal juga rapih, tanda tidak ada orang yang tidur di kasur itu. “Papaaa…., ciniii! Main tama akuuu.” Kembali terdengar teriakan dari bocah cantik yang berlarian ke sana ke mari di tanah lapang berumput. Arfi bangun, melakukan peregangan pada tubuhnya kemudian membuka pintu kaca yang juga berfungsi sebagai jendela di kamar tidur itu. Didekatinya seorang perempuan yang tampak kelelahan karena sibuk mengejar bocah cantik yang masih

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN